Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pagar atau Pegar yang Bisa Makan Tanaman?

10 Februari 2018   00:08 Diperbarui: 12 Februari 2018   16:28 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Pegar, sumber: m.harnas.co

Dalam KBBI,  peribahasa diartikan kelompok kata atau kalimat yang menyatakan suatu maksud, keadaan seseorang, atau hal yang mengungkapkan kelakuan, perbuatan atau hal mengenai diri seseorang. Peribahasa ini mencakup ungkapan, pepatah, perumpamaan, ibarat, dan tamsil. 

Peribahasa sendiri merupakan bagian dari kesustraan yang membentuk suatu kebudayaan. Oleh karenanya setiap bangsa di dunia memiliki karakter peribahasa yang unik dan menarik, tak terkecuali bangsa Indonesia.

Dalam lingkup budaya Indonesia atau Melayu umumnya, peribahasa selain sebagai buah dari kesusatraan juga mengandung makna simbolik yang berisi nilai-nilai, petuah dan ajaran moral yang baik. Berbagai macam bentuk peribahasa amat masyhur di telinga kita bahkan sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satu peribahasa tersebut adalah "bagai pagar makan tanaman". Jikalau diartikan, memiliki makna simbolik yaitu orang yang merusakkan barang yang diamanatkan (dititipkan) kepadanya, atau dalam arti yang lain adalah orang yang diharapkan menjadi pelindung malah menjadi perusak/penghancur.

Tetapi, kalau kita kritis sedikit tentunya kita akan bertanya, bagaimana cara "pagar" makan tanaman? Apakah pagar punya mulut? Atau apakah semacam bentuk hiperbola? Jikalau memang maknanya dimaksudkan demikian, tentu ada diksi yang lebih tepat selain dari pagar "memakan" itu. Misalnya bagai pagar rebah ke tanaman atau sebagainya.

Selidik punya selidik, ternyata yang dimaksud "pagar" dalam pribahasa tersebut bukanlah pagar yang diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk pembatas pekarangan, rumah, halaman, kebun dan lain-lain, melainkan "pegar" yang merupakan hewan sejenis unggas.

Mengutip Wikipedia, burung pegar atau ayam pegar adalah nama umum dari kelompok burung famili Phasianide ordo Galliformes, termasuk burung-burung jenis Kuau dan lain-lain. Mereka dicirikan dengan sifat dimorfisme seksual yang kuat, warna spesies jantan lebih cerah dan kaya warna serta memiliki ekor yang lebih besar dan panjang. Ukuran tubuh jantan umumnya lebih besar daripada betina. Jantan tidak memiliki peran dalam membesarkan burung pegar muda. Burung pegar umumnya memakan biji-bijian dan beberapa memakan serangga.

Menurut Asril Mamok Kincai Niang dalam postingannya, peribahasa "pagar makan tanaman" tersebut berasal dari pepatah yang digunakan oleh orang Melayu semenanjung yang berbunyi "harapkan pegar, rupanya pegar makan tanaman". Yang diartikan sebagai orang/sesuatu yang diharapkan menjadi pelindung ternyata malah merusak. Oleh karena itu, kita mesti bisa memilih orang yang memang berkapasitas untuk melindungi, tak hanya dilihat dari penampilannya belaka, seperti burung pegar yang sangat anggun.

Peribahasa bukanlah sebuah hiperbola belaka, tetapi peristiwa-peristiwa alamiah yang disimbolkan atau yang diambil maknanya sebagai pelajaran dan diterapkan dalam kehidupan.Jadi, yang bisa makan tanaman itu pegar, bukan pagar loh ya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun