Sebagai warga Jambi saya cukup kaget dengan penetapan Zumi Zola (Gubernur Jambi) sebagai tersangka kasus korupsi, walaupun sejujurnya, saya bukan pendukung dan pemilihnya sewaktu pilkada beberapa tahun yang lalu. Â Kemenangan Zola dalam kompetisi Pilkada Jambi, melawan petahana adalah sesuatu yang di luar dugaan saya. Agaknya, Zola mampu menarik banyak perhatian pemilih muda karena modal "ganteng" yang dimilikinya.
Sosok Zola memanglah sosok yang  ideal di mata anak muda Jambi. Selain tampan, ia juga memiliki latar belakang pendidikan yang sangat baik. Zola merupakan alumni dari salah satu kampus terkemuka di Bogor dan mengecap pendidikan pascasarjananya di Luar Negeri.Â
Keluarga Zola bukan pula keluarga yang sembarangan di daerahnya. Ayahnya pernah menjabat Gubernur Jambi selama dua periode, sedangkan kakeknya adalah pengusaha yang kaya raya di Jambi. Boleh dikata, Zola sudah lahir dalam keluarga berada, yang tak kekurangan suatu apapun. Tapi mengapa ia terseret kasus Korupsi?
Korupsi dilingkup pemerintahan daerah terutama di Jambi, bukanlah sesuatu yang mengherankan. Jambi sejak lama memang telah menjadi sarang bagi koruptor, suap-menyuap pun  saya kira telah menjadi budaya para pejabatnya. Namun sayangnya, bau busuk dari perangai para pemangku Jabatan di Jambi baru tercium oleh KPK sekarang ini, sialnya pula saat BH 01 dipegang oleh Zola.
Sesuatu hal yang sudah membudaya dalam sebuah pemerintahan sangatlah sulit dihilangkan. Zola sebagai pemimpin muda yang belum cukup matang, agaknya tak mampu melawan arus, dan akhirnya terseret prilaku KKN pula. Zolapun harus menerima akibatnya, serangkaian pemeriksaan akhirnya membuat Zola ditetapkan sebagai tersangka bersama 22 pejabat Jambi lain yang notabene adalah anak buahnya.
Pada usia yang terbilang cukup muda, amat disayangkan Zola terkena kasus korupsi yang bisa menghancurkan karir politiknya di masa mendatang. Saya bertanya-tanya apakah memang, Zola yang disangkakan melakukan tindak penyuapan, hanya untuk kepentingan pribadinya semata?toh untuk menjadi kaya, Zola tak harus menjadi Gubernur, ia dapat menjadi pengusaha dari banyak perusahaan yang dimiliki oleh keluarganya. Atau berkarir di dunia keartisan dengan modal ganteng yang dimilikinya. Semua itu akan sangat mudah bagi Zola.
 Namun, sangat disayangkan pak Zola lebih memilih berkarir di bidang politik.  Dalam tulisan saya  sebelum ini, saya mengatakan bahwa masuk ke dunia politik sama saja melemparkan diri ke dalam kubangan kotoran, kesucian anda mau tidak mau akan ternodai, bahkan orang yang di luar dunia politik di sekitar anda pun  bisa saja kecipratan kotornya.
Kasus ini saya harapkan menjadi pelajaran dan membuka mata bagi para pejabat Jambi yang suka korupsi, jangan pula kalian bersorak sorai kegirangan  di balik punggung induk semang, dan membuat prilaku kotor kalian semakin merajalela.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H