[Dibaca dalam 5 menit ]
Hadirnya teknologi berbasis informasi dan data (baca : revolusi industri 4.0) memberikan dampak dalam dunia industri. yang paling mungkin ditakutkan adalah akan banyak tereduksinya tenaga kerja karena dapat diganti dengan tenaga mesin maupun kecerdasan buatan.Â
Begitupundunia AEC (Architecture, Engineering, and Construction), sepertinya fenomena ini juga akan terjadi, para praktisi dan akademisi dunia kosntruksi mulai banyak mengembangkan dan beralih menggunakan metode-metode baru dalam perencanaan bahkan pelaksanaan sehingga memungkinkan akan terjadinya pengurangan jumlah tenaga kerja dalam sebuah proyek nantinya.
Salah satu cara menanggapi isu ini adalah dengan mengikuti perkembangan teknologi. Salah satu perkembangan teknologi di dunia AEC yang patut diperhatikan adalah Teknologi Building Information Model (BIM).
BIM sendiri merupakan salah satu teknologi dalam bidang AEC. Kemampuan BIM yang paling sederhana yang saya ketahui adalah mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model 3 dimensi.
Sebelum membahas BIM secara lebih dalam ingin saya sampaikan bahwa miss perception dalam memahami konsep BIM sering terjadi, maka harus kita luruskan dahulu bahwa BIM bukan sebatas penggunaan shoftware dalam suatu proyek.Â
BIM dapat dikatakan sebuah sistem atau metode yang diterapkan berbasis informasi dari keseluruhan aspek bangunan yang dikelola sedemikian rupa hingga dapat diproyeksikan kedalam model tertentu. Penggunaan shoftware hanya sebagai perantara dalam pengaplikasian BIM.
Awal digunakan istilah BIM diketahui pada tahun 1992 di dalam makalah oleh G.A van Nederveen dan F. P. Tolman. Dalam redaksi lain juga disebutkan saat perkembangannya beberapa perusahaan konstruki turut mengambil andil dalam mempopulerkan istilah BIM, sebut saja General Service Administration (GSA) sebuah perusahaan pemerintahan milik Amerika Serikat yang mengembangkan konsep BIM hingga dapat mengadopsi beberapa pengguanan, seperti penggunanan BIM berbasis IFC (Industry Foundation Classes), penggunaan melalui Public Building Services (PBS), yang kemudian pada 2006 GSA menuntut agar digunakannya standard BIM Nasional untuk Amerika (yang direncanakan akan digabungkan ke dalam standard keseluruhan proses pelaksanaan proyek bangunan).
Hingga saat ini BIM telah dikembangkan jauh lebih canggih lagi dibanding dari awal muculnya istilah BIM. Para pelaku dan pengguna BIM sudah memproyeksikan berbagai fungsi mulai dari fungsi untuk efisiensi biaya, waktu, energi, hingga pertimbangan sustainability dan dampak lingkungan yang bisa disebut multi dimension projection.
Di Indonesia sendiri semakin marak juga dorongan untuk mengimplementasikan BIM dalam proyek-proyek yang ada. Pemerintah sendiri juga menyedikan wadah untuk bertukar informasi dalam pengimplementasian BIM melalui website Sibima Konstruksi yang dikelola oleh kementerian PU. Saya sendiri sering mengikuti kegiatan-kegitan yang diselenggarakan oleh Sibima Konstruksi ini. Selain itu juga sudah diterbitkan anjuran dari pemerintah yang ditujukan untuk proyek-proyek besar dengan nilai proyek diatas batas yang ditentukan diwajibkan menggunakan BIM dalam proses perencanaan dan pelaksanaannya. Dunia akademik juga tak luput diperharikan, telah ada anjuran untuk memasukan edukasi seputar BIM kedalam kurikulum baik bagi sekolah tinggi maupun sekolah kejuruan.Â
Adanya teknologi ini harus kita sambut dengan semangat yang tinggi, sehingga kita dapat memanfaatkan secara maksimal hal tersebut. Penggunaan teknologi BIM ini juga akan sangat membantu dalam akselerasi pembangunan Nasional. Untuk mengakhiri artikel ini saya sematkan quote berikut.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!