Mohon tunggu...
hafidz NDP
hafidz NDP Mohon Tunggu... Buruh - untitle

Ciptaan tuhan untuk pelestarian dunia. Tidak perduli dengan ketenaran hanya berharap perubahan menjadi lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merdeka Label Tanpa Makna

17 Agustus 2018   16:01 Diperbarui: 17 Agustus 2018   16:25 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum mebahas arti tentang merdeka saya mau mengucapkan selamat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-73. Semoga hari ini bukan menjadi sebuah perayaan semata. Melainkan menjadi bahan evaluasi dari umur-umur sebelumnya. Untuk menjadi lebih baik diumur selanjutnya.

Ada yang mengatakan ini hari kemerdekaan, Sebagian lagi mengatakan kita belum merdeka. Tidak ada yg salah, semua tergantung dari sudut pandang mana kita memandang. Jika dilihat dari berkedaulatan, kebebasan dan pengakuan. tentu pernyataan pertama mempunyai nilai kebenaran. Namun jika dilihat dari kebergantungan, ekonomi dan kesejahteraan. Pernyataan kedualah yang menjadi benar.

Sudah tidak usah memikirkan pernyataan-pernyataan tersebut. Yang perlu kita pikirkan bagaimana kita memperbaikinya. sesuai dengan harapan saya diawal yaitu evaluasi agar menjadi lebih baik.

Isu yang sedang populer saat ini adalah ekonomi. Memang tidak mudah membenahi perekonomian yang penduduknya banyak dan negaranya luas. Tidak mudah bukan berarti kita biarkan saja melainkan harus dibenahi secara berkala. Salah satu yang menjadi hambatan terbesar indonesia adalah ketergantuanganya. 

Kita mempunyai segalanya namun segalanya bergantung dengan negara lain. Oleh sebab itu ada yang beragument bahwa indonesia belum merdeka karena ketergantunganya. Yang mengakibatkan indonesia ketergantungan yaitu rakyatnya sendiri. Karena pola pikir masyarakat indonesia di nilai belum dewasa dan belum mampu bersaing. 

Terlihat dari sikap pesimisnya akan kemiskian dan ketidak toleransian terhadap saudara sebangsanya sendiri. Makna toleransi disini bukan hanya adat, suku, ras dan agama Melainkan kedudukan, kesempatan, dan peluang.

Toleransi kedudukan, kesempatan dan peluang dalam artian siapa saja boleh menduduki jabatan tertentu atau mempunyai kesempatan dan peluang dalam yang sama. Bukan hanya karena faktor saudaran, anak, sepupu, maupun sahabatnya. Melainkan  siapa saja yang benar-benar kompeten di bidangnya mempunyai kesempatan dan peluang yang sama. 

Sehingga daya kompetisi bersaingnya benar-benar fair dan menghasilkan orang-orang yg benar-benar kompeten. Saya berani bilang begini karena faktanya di lapangan banyak sistem hirearki kekeluargaan. 

Dimana orang yang benar-benar kompeten, namun tidak kenal dekat dengan yang menentukan jabatan tidak akan terpilih. sebagai contoh syarat menjadi presiden yang di batasi dengan ambang batas dan partai, sehingga figur tokoh yang muncul itu-itu saja. Ini lah yang menimbulkan budaya jilat menjilat. Sehingga pemenang nya bukan lah pemenang sesungguhnya, yang dapat menciptakan perubahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun