Â
     Energi fosil merupakan energi yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan hingga hewan yang lama membusuk dari jutaan tahun yang lalu. Kelebihan dari energi fosil ini dapat dinikmati guna kesejahteraan rakyat seperti listrik, bensin, dll. Di sisi lain, energi fosil ini relatif mudah untuk ditemukan yang dapat dijumpai diberbagai wilayah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan energi fosil lainnya. Akan tetapi, penggunaan energi fosil yang terus-menerus akan mengalami berkurangannya ketersediaan, sehingga penggunaannya pun musti dimanfaatkan secara maksimal.
     Indonesia adalah salah satu negara yang masih bergantung pada energi fosil. Hingga usia 78 tahun lebih kemerdekaan, Indonesia masih bergantung terhadap energi fosil seperti, batu bara, minyak bumi, dan gas. Berdasarkan data Kementrian ESDM melalui terbitan Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia (HEESI) 2022, menunjukkan suplai energi Indonesia pada tahun 2022 mengalami kenaikan signifikan dari tahun sebelumnya sebesar 19% dengan nilai 1.739 juta BOE, tertinggi sejak tahun 2012. Sementara bauran energi primer masih didominasi batubara sebesar 42,38%, minyak bumi 31,40%, gas 13,92 %, dan EBT sebesar 12,30%.
     Berdasarkan data tersebut, penggunaan energi fosil mencapai 87% lebih dari penggunaan energi terbarukan yang hanya sebesar 12%. Tak heran jika domiansi penggunaan energi fosil ini menjadi permasalahan berupa emisi karbon setiap hari di negeri ini. sebab, salah satu sumber emisi karbon yang memicu perubahan iklim berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Â
     Dengan dominasi penggunaan energi fosil yang masih tinggi, Indonesia setidaknya bisa menempuh percepatan dan mengembangkan energi baru terbarukan. Sejalan dengan persetujuan paris pada tahun 2015, bahwa semua negara harus menjaga peningkatan suhu rata-rata global di bawah 2Oc. Kendati demikian, jika penggunaan energi fosil ini masih tinggi, maka dampak yang akan ditimbulkan tidak hanya emisi karbon semata, juga berdampak pada kerusakan lingkungan.
     Mengingat konstribusi energi baru terbarukan yang masih rendah, maka upaya mengembangkan energi terbarukan bisa ditempuh seperti penyebaran informasi atau dialog publik mengenai transisi energi fosil menuju energi baru terbarukan, sebab dukungan publik menjadi penting guna mengatasi dampak negatif dari energi fosil menuju energi terbarukan. Dilansir dari KOMPAS.com, potensi energi terbarukan di Indonesia meliputi; Energi samudra sebesar 17,9 GW, Energi panas bumi 23,9 GW, Bioenergi 56,6 GW, Energi bayu 159, GW, Energi hidro 95,0GW, dan Energi surya sebesar 3.294 GW.
     Dengan potensi yang sedemikan itu, maka pengembangan energi baru terbarukan musti terus digenjot guna mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang bersih dan terjangkau, sehingga ketergantungan kita terhadap energi fosil dapat diturunkan guna menurunkan emisi karbon yang selama ini menjadi masalah di negeri ini.
     Â
    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H