Dalam rapat terbaru terkait swasembada pangan, Menteri Zulkifli Hasan, atas nama Presiden, mengumumkan langkah-langkah berani yang akan diambil pada tahun depan. Salah satu keputusan penting adalah menghentikan impor beras, jagung, gula konsumsi, dan garam. Selain itu, harga gabah dan jagung ditetapkan naik untuk mendukung kesejahteraan petani. Apakah keputusan ini akan membawa Indonesia lebih dekat ke tujuan swasembada pangan? Simak lebih lanjut untuk mengetahui rencana pemerintah dan dampaknya bagi sektor pertanian.
Setelah rapat bertema swasembada pangan, Presiden menekankan bahwa dengan kerja keras semua pihak, swasembada pangan akan tercapai dalam waktu singkat. Dalam rapat yang berlangsung hampir dua jam ini, diputuskan bahwa tahun depan tidak akan ada impor beras, jagung, gula konsumsi, dan garam. Produksi beras telah meningkat dari 0,8 juta ton di Januari menjadi 2,08 juta ton di Februari. Keputusan penting lainnya adalah harga gabah naik dari 6.000 menjadi 6.500, dan harga jagung naik dari 5.000 menjadi 5.500. Semua produksi gabah dan jagung petani akan ditampung sesuai harga yang ditetapkan. Berbagai gudang akan digunakan untuk penyimpanan produk tersebut. PPN 12% yang akan berlaku tahun depan tidak akan mempengaruhi produk pangan dalam negeri.Â
Poin-poin Penting:
Tema rapat: Swasembada pangan.
Keputusan: Tidak impor beras, jagung, gula, garam.
Produksi beras: Januari 0,8 juta ton, Februari 2,08 juta ton.
Harga gabah: Naik dari 6.000 menjadi 6.500.
Harga jagung: Naik dari 5.000 menjadi 5.500.
Keputusan penting: Seluruh produksi gabah dan jagung petani akan ditampung.
PPN 12%: Tidak mempengaruhi produk pangan dalam negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H