Transformasi lahan mangrove menjadi tambak udang di kawasan Demang Gedi, Purworejo, telah menyebabkan ledakan populasi kerang sumpil (Faunus ater), mengancam ekosistem mangrove dengan abrasi dan sedimentasi parah.Â
Alih fungsi lahan ini menyebabkan abrasi dan sedimentasi yang merusak biota setempat. Limbah pakan udang yang mencemari ekosistem mangrove menjadi sumber nutrisi berlebih bagi kerang sumpil, menyebabkan populasi mereka tumbuh pesat. Tidak hanya itu, hilangnya predator alami dan kondisi lingkungan tambak yang mendukung semakin memperparah situasi.
Kenaikan harga jual udang sejak tahun 1980-an telah mendorong masyarakat pesisir untuk mengalihfungsikan hutan mangrove menjadi tambak udang. Namun, mangrove memainkan peran penting dalam ekosistem, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, termasuk gastropoda seperti kerang sumpil, yang biasanya membantu proses dekomposisi. Ironisnya, saat populasi kerang sumpil meledak, mereka justru menjadi hama yang merusak akar mangrove dan menghambat pertumbuhannya.
Penelitian di Demang Gedi menunjukkan tingginya kerapatan kerang sumpil, terutama saat air surut. Kondisi ini mengakibatkan gangguan signifikan pada vegetasi mangrove, dengan kerang sumpil merusak akar dan jaringan tanaman muda. Jumlah kerang sumpil yang sangat banyak---sekitar 420.000 ekor per populasi---menyebabkan masalah besar, termasuk produksi limbah kering sebanyak 16 ton.
Namun, kerang sumpil juga memiliki potensi manfaat. Kandungan protein tinggi dan kalsium karbonat dalam cangkangnya menjadikan mereka sebagai alternatif pakan ternak dan bahan adsorben untuk menyerap logam berat. Peneliti terus mengeksplorasi cara mengolah kerang sumpil menjadi produk bernilai guna, yang diharapkan dapat membantu memulihkan ekosistem mangrove dan memanfaatkan sumber daya ini secara berkelanjutan.
Peneliti terus mengeksplorasi cara mengolah kerang sumpil menjadi produk bernilai guna, harapannya dapat membantu memulihkan ekosistem mangrove dan memanfaatkan sumber daya ini secara berkelanjutan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H