Dalam observasi saya ketika di solo pada beberapa bulan lalu saya berkunjung di masjid sheikh zaed solo. Sebagai wisatawan yang baru saja berkunjung saya melihat begitu megahnya masjid tersebut, masjid sheikh zayed berada di tengah kota yang notabene permukiman warga disekitar masjid tersebut sangat padat. Saya menemukan fenomena yang menarik yaitu dengan megahnya masjid tersebut berseiring dengan permukiman padat penduduk yang sedikit kumuh hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kemegahan masjid. Dalam fenomena tersebut saya menganalogikan dengan teori konflik lewis coser yang dimana permukiman kumuh yang bersanding dengan bangunan elit kemungkinan dapat mencerminkan ketidaksetaraan sosial dan akan berpotensi konflik, namun teori konflik coser mengarahkan perhatian pada masalah-masalah ketidaksetaraan dan kebutuhan sosial, serta mendorong perubahan atau perbaikan dalam kondisi pemukiman kumuh. Teori konflik Coser memahami bahwa konflik sosial adalah bagian alami dari kehidupan masyarakat dan dapat memiliki konsekuensi positif.
Saya mengenal teori fungsional konflik dalam jurnal yang berjudul Dinamika Relasi Muhammadiyah dan NU Dalam Perspektif Teori Konflik Fungsional Lewis A. Coser ditulis oleh Khusniati Rofiah. Artikel ini menjelaskan teori coser tentang teori konflik teori konflik adalah pandangan yang menganggap konflik sebagai suatu fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia dan dapat memiliki fungsionalitas positif dalam masyarakat. Teori konflik juga menganggap bahwa konflik dapat memunculkan perubahan atau konsensus baru yang berakhiran pada perbaikan, asalkan dikontrol melalui cara penyelesaian yang berangkat dari niat untuk bersepakat. Dalam pemahaman saya teori ini tidak hanya bagaimana konflik itu sepenuhnya merusak namun juga memiliki fungsi sosial tertentu. Dalam teori konflik ini dapat memiliki dampak positif dalam mempertahankan keseimbangan sosial. Konflik dapat memperkuat hubungan sosial dan membantu menyelesaikan masalah atau ketidaksetaraan. Seperti dalam observasi yang saya lakukan dengan adanya masjid megah sheikh zayed dalam pandangan lain akan menimbulkan konflik yaitu dianggap tidak menerapkan sesetaraan antara pemukiman kumuh dengan bangunan megah, namun dalam teori konflik ini cara pandangnya berbeda, dengan adanya masjid tersebut perekonomian yang ada disekitar masjid akan tumbuh dan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan sehingga ketidaksetaraan tersebut tidak begitu diperdulikan.
Teori Fungsional Sosial Konflik ini diperkenalkan oleh Lewis A Coser, beliau  dilahirkan dalam sebuah keluarga borjuis Yahudi pada tanggal 27 November 1913, di Berlin, Jerman. Lewis Coser memberontak melawan atas kehidupan kelas menengah yang diberikan kepadanya oleh orang tuanya, Martin (seorang bankir) dan Margarete (Fehlow) Coser. Pada masa remajanya ia sudah bergabung dengan gerakan sosialis dan meskipun bukan murid yang luar biasa dan tidak rajin sekolah tetapi ia tetap membaca voluminously sendiri. Latar belakang munculnya pemikiran Coser tentang fungsi konflik sosial dapat dijelaskan dengan melihat kondisi inlektual, sosial dan politik pada saat itu. Kondisi intelektual adalah respon Coser atas dominasi pemikiran teori struktural fungsional dari Talcot Parsons dan Robert K. Merton yang merupakan orientasi teoritis dominan dalam sosiologi Amerika pada pertengahan tahun 1950. Adapun kondisi sosial politik pada saat Coser memunculkan teori fungsi konflik sosial ini adalah masih kuatnya pengaruh Anti- Semitisme atau prasangka rasialisme, perang antar bangsa yang sering merangsang nasionalisme dan semangat patriotisme yang tinggi, pengurangan kebebasan dari orang Amerika-Jepang di Amerika Serikat dan berbagai konflik-konflik lainnya yang ikut menjadi kajian analisis Coser khususnya konflik antar kelompok dan solidaritas kelompok (Khusniati Rofiah 2016)
Referensi :Â
Rofiah, Khusniati. "Dinamika Relasi Muhammadiyah dan NU Dalam Perspektif Teori Konflik Fungsional Lewis A. Coser." Kalam 10.2 (2016): 469-490.
Tualeka, M. Wahid Nur. "Teori konflik sosiologi klasik dan modern." Al-Hikmah: Jurnal studi Agama-agama 3.1 (2017): 32-48.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI