Mohon tunggu...
Hafidz Rifki Ansori
Hafidz Rifki Ansori Mohon Tunggu... -

belajar menjadi santri yang penulis dan penulis yang santri :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

anak menjadi dewasa karena pendidikan

15 Juni 2015   10:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah anugerah terindah yang dimiliki keluarga adalah hadirnya sosok anak di tengah-tengahnya. Menurut psikologi, anak adalah periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah, kemudian berkembang setara dengan tahun tahun sekolah dasar (psikologizone.com) Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No.3 tahun 1997 tercantum dalam pasal 1 ayat (2) yang berbunyi: “ Anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah (UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002) . setiap anak yang terlahir di dunia ini telah ditetapkan takdirnya masing-masing oleh Allah. Dimana dia akan hidup di keluarga yang kaya, miskin, ataupun sederhana. Hidup di lingkungan yang baik ataupun lingkungan buruk. Dimanapun mereka akan tinggal, hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah pendidikan mereka. Telah diketahui bahwasanya keluarga merupakan tempat pendidikan pertama untuk anak sebelum mereka belajar di lingkungan luarnya. Pendidikan di dalam keluarga yang akan menentukan masa depan mereka kelak. Dalam hal itu sangatlah penting peran kedua orang tua terutama ibu dalam memberikan pengajaran kehidupan kepada sang anak. Jadi untuk para laki-laki, berhati-hatilah dalam memilih pendamping hidup. Pilihlah wanita yang mampu mengajari anak-anak kalian nanti.

Rasulullah SAW bersabda, “ajari anak-anakmu berenang, berkuda, dan memanah”. Apabila diperhatikan, sabda Rasulullah tersebut terkesan kurang bersahabat dengan kehidupan masyarakat metropolitan sekarang dan serba modern. Banyak orang tua zaman sekarang lebih senang mengajari anak-anaknya mengoperasikan gadget atau media elektronik lainnya. Seperti mengajari mereka menulis, membaca, mengenal objek dari aplikasi yang ada pada gadget mereka. Apakah itu salah? Saya rasa itu tidak salah karena memang kehidupan kita seperti ini di zaman ini. Akan tetapi jika kita telaah lebih dalam dari perintah Rasulullah tersebut maka kita dapat menarik kesimpulan dari tiap-tiap perintah tersebut. Dimulai dengan mengajari anak berenang, filosofinya bahwa anak itu harus memiliki iman yang kuat untuk dapat mengarungi kehidupan yang terkadang tenang ataupun berliku-liku seperti ombak. Jika iman yang diajarkan oleh orang tua itu lemah, maka besar kemungkinan dia akan mengalami kekacauan dalam menjalani kehidupannya. Untuk yang kedua yaitu anak diajari untuk berkuda, jika diibaratkan kuda adalah sebuah hawa nafsu. Hawa nafsu apabila dapat dikendalikan dengan baik, maka akan membuat hidup kita berjalan dengan tenang dan nyaman dan apabila sulit untuk dikendalikan maka dijamin kehidupan kita tidak akan berjalan dengan baik dan tenang. Terlebih jangan samapi anak kita terbiasa untuk dikendalikan oleh hawa nafsu. Selanjutnya perintah Rasulullah yang ketiga, yaitu mengajarkan anak kita untuk memanah. Perintah itu dapat diartikan kita harus mengajari anak kita untuk fokus dan berprinsip pada Al-Quran dan Hadits. Jadi dimanapun anak kita akan berada, jika mereka memegang teguh dan tetap fokus pada Al-Quran dan Hadits maka akan mengalami kemudahan dalam menjalani kehidupannya.

Kita sebagai orang tua tidak harus mengajarkan ketiga hal itu secara nyata, akan tetapi kita juga harus menyesuaikan dengan kehidupan kita di amsa sekarang. Tak apa kita mengajarkan anak kita bermain gadget asalkan hasil yang didapatkan nanti sama dengan filososfi berkuda, memanah dan berenang. Insyaallah apabila ketiga hal itu kita aplikasikan pada anak kita dan terlebih di seluruh dunia, insyaallah akan tercipta anak-anak berkualitas tinggi dan beintelektual yang sangat hebat. Juga akan tercipta anak-anak berbakat yang akan membawa perkembangan dunia menjadi lebih indah dan hebat.

 

belajar*nyantri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun