Kita semua tahu perubahan iklim dan perang saling berkaitan, sangat berkorelasi lurus. Peperangan bisa digunakan sebagai alasan kuat untuk eksplorasi bahan bakar fosil dalam jumlah signifikan, dan militer juga merupakan salah satu kontributor terbesar terhadap emisi gas, yang secara tidak langsung memicu perubahan iklim.
Pertempuran memperjuangkan hak bumi untuk tetap sehat tak bisa dihindari berkaitan dengan pertempuran untuk kedamaian. Meski demikian, bagaimana perang secara langsung dan signifikan berperan dalam mengubah iklim di bumi?
Seperti kita tahu bersama, militer menggunakan bahan bakar fosil dalam jumlah besar, ini sangat bermasalah, semenjak militer dunia tak bisa dibantah bertanggung jawab atas 5.5% dari pemanasan global. Mereka menggunakan energi fosil dalam jumlah besar untuk operasi, transportasi, dan rantai suplai peralatan dan senjata perang. Tentu, angka ini bisa kapan pun meroket ketika perang antarnegara diledakkan.
Lebih rinci lagi, emisi 20 tahunan negara rentan terkena dampak perubahan iklim masih kalah besar dibandingkan dengan emisi karbon dioksida selama 60 hari pertama konflik Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza.
Mulai dari serangan bom, juga pesawat tempur F-16, tank, bahan bakar semua kendaraan, entah untuk perang atau mobilisasi kebutuhan, penerbangan kargo dan patroli, serta emisi dari produksi besar-besaran semua alat perang ini. Jumlah emisi ini juga diperkirakan lebih besar 100% dibandingkan dengan maskapai penerbangan komersial.
Fakta ini diperparah dengan kesepakatan global, di mana emisi militer tidak perlu dipertanggungjawabkan, negara-negara dunia dengan serius tidak mengharuskan militer untuk mengurangi atau minimal membersihkan emisi dikeluarkan, semenjak peran militer ini dianggap vital untuk pertahanan dan keamanan.Â
Meski, tak bisa dipungkiri dalam beberapa tahun ke belakang, sudah berkali-kali badan pemerhati lingkungan meminta untuk mengubah aturan ini.
Selain itu, kita juga tahu peperangan bisa memberi akses atas bahan bakar fosil. Paling baru adalah ketika invasi Irak, mereka sungguhan menghalalkan segala cara, mengambil cadangan yang sejujurnya bukan hak generasi ini, cuma untuk memuaskan ambisi dalam menguasai cadangan minyak negara lain.Â
Sementara itu, kerugian dialami sekitar tak diperhatikan, terhitung minimal 100,000 orang meninggal karena konflik. Dengan keberlanjutan ini semua, akan terus melemah menghadapi perubahan iklim, dan kita mulai terbiasa untuk mendengar politisi bicara soal ketidakmampuan negara dalam menanggulangi ini semua.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!