Lebih jauh lagi, di masa era digital seperti ini, sejumlah aplikasi manajer keuangan juga tersedia gratis, mungkin tak lebih baik dari manajer jasa keuangan, tetapi kita menjalankan aplikasi ini dengan kesadaran diri sendiri.
Dengan demikian, memakai bantuan jasa manajer keuangan merupakan "toxic productivity", di mana ada kecenderungan merasakan seolah uang kita sudah aman, tetapi justru sebaliknya, membuat kita tak terbiasa dengan uang. Meski demikian, tak terbantahkan jasa manajer keuangan sangat signifikan untuk penghasilan atas.
Terjerembap lubang kelas menengah
Kelas menengah Indonesia, kelompok yang digadang-gadang sebagai motor penggerak ekonomi bangsa, ternyata terjerat dalam lilitan finansial. Gaji yang "pas-pasan" untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengubur mimpi mereka untuk menabung dan berinvestasi.
Berdasarkan penelitian dari Kompas, selama 2012-2021, kaum muda dengan pengeluaran Rp 729.252 hingga Rp 1,7 juta hanya memiliki sisa gaji Rp 100.000. Sedangkan, kelas menengah dengan pengeluaran Rp 1,7 juta hingga Rp 8,2 juta, menipiskan dompet mereka dengan sisa gaji Rp 200.000 hingga Rp 400.000. Begitu juga dengan anak muda (17-40 tahun) sisa uang mereka kurang dari nol alias minus.Â
Diperlukan dari sini adalah menggambar ulang roda penghidupan, jangan biarkan diri sendiri bergantung pada pekerjaan utama, cari sumber penghasilan baru. Tidak ada satu pun orang berani mengatakan ini mudah, tetapi tanpa berubah berarti akan tetap di sana.
Kalian tidak bisa menuntut perbedaan, ketika pekerjaan yang dikerjakan sama.
Sebagai contoh, Maudy Ayunda di luar dari pengaruh dia, ketika bekerja di warteg, pasti akan digaji sama dengan pegawai lain. Tidak ada alasan untuk menggaji dia lebih tinggi, bahkan ketika dipaketkan bersama otak cerdasnya.Â
Sebab, pekerjaan ini bukan soal kepintaran, ilmu dari kampus-kampus negeri jauh tak akan terlalu digunakan di warteg, justru mereka akan lebih mengapresiasi kejujuran dan cekatan, jauh lebih signifikan untuk membuat pelanggan nyaman.
Mencoba menggambar ulang tempat di mana kemampuan kita dibutuhkan, merupakan poin penting di sini. Jangan pernah salahkan sistem sudah ada, juga jangan membuat diri terperangkap ke dalam sana. Mau lebih, maka kerjakan sesuatu yang lebih.
Secara keseluruhan, dua alasan ini merupakan sedikit dari beberapa masalah populer dialami kalangan anak muda. Mereka cenderung terdorong arus untuk menambah pernak-pernik tak penting, juga selalu bertahan di tempat sama. Sekarang, kita semua tahu bagaimana mengatasi ini semua.