Dua pekan lalu, 22 April atau lebih tepat lagi Hari Bumi diperingati. Melalui laman resmi mereka, Earthday mengusung "Planet Vs Plastics" sebagai tema, salah satu topik renungan pengamat lingkungan beberapa tahun terakhir.
Meski, tak bisa dipungkiri bukan bagian dari pengamat lingkungan, tetapi kita semua bernafas di planet ini, di lain sisi juga tidak ada sesuatu yang salah untuk mengetahui lebih jauh mengenai topik ini, lalu bagaimana kita mengaplikasikan peran krusial dalam bertarung dengan sampah plastik.
Ketergantungan berkelanjutan
Terlepas dari segala dampak negatif terhadap lingkungan, plastik merupakan salah satu penemuan paling kreatif dan inovatif, memungkinkan percepatan industrialisasi jauh lebih kencang dari yang pernah dibayangkan. Bukti di mana pasti ada barang plastik sepanjang mata memandang, bisa dibilang cukup membuktikan.
Bukti ini juga didukung oleh data resmi, menurut United Nations Environment Programme (UNEP) jumlah penggunaan plastik dari 1950 hingga awal 2000 melonjak drastis. Diperkirakan, tak kurang dari 9,2 juta ton telah diproduksi dari 1950.
Sementara itu, pada tahun 2021 sendiri, dari sumber sama, diperkirakan sudah 400 juta metrik ton per tahun. Ditaksir, pada 2050, angka ini akan terus naik berada di angka 1.100 juta metrik ton.
Berdasarkan riset dari World Population Review 2022, Indonesia berada pada urutan ke-5 berkontribusi dalam menghasilkan sampah plastik dunia, sekitar 9,13 juta ton. Sebanyak 56,3 ton dari sampah plastik tersebut dibuang ke laut.
Ancaman menghanyutkan
Dari dua data di atas, minimal ada dua hal bisa diambil dari sana. Pertama, penggunaan plastik akan naik terus selama tak ditemukan solusi pemberhentian. Produksi plastik ini juga akan selalu berkorelasi lurus dengan tuntutan konsumsi manusia, terlebih konsumsi dengan budaya "sekali pakai"
Kurang lebih 85 persen jumlah sampah plastik dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa diolah. Tak kurang dari 36 persen dari produksi plastik sekali pakai digunakan untuk kemasan makanan dan minuman. Sedangkan, produk lain sekali pakai seperti botol, tas, dan alat makan.
Tentu, jumlah ini sangat mengkhawatirkan, mengingat sampah plastik dihasilkan tentu tidak bisa dikelola dan diolah dengan sangat baik.