Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Anselm: Berargumen tentang Tuhan

26 April 2024   16:03 Diperbarui: 26 April 2024   16:11 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana kita tahu Tuhan ada?

Pertanyaan seperti ini tak bisa dihindari ikut masuk ke dalam keilmuan filosofi dari segi religi, meski kadang sering juga disamakan dengan kajian teologi, yang mana cukup wajar karena kedua keilmuan mengambil Tuhan dan Agama sebagai subjek.

Namun, teologi memulai dengan berasumsi Tuhan sudah ada, lalu mencari tahu Tuhan yang mana yang akan diikuti, atau teologi sering kali mencoba untuk menyelesaikan masalah filosofi yang melonjak dari pertanyaan keberadaan Tuhan.

Ateisme bukan sebuah pilihan, ini merupakan pembeda dari keilmuan filsafat dengan teologi. Filsuf tidak mengambil sesuatu sebagai pemberian, termasuk akidah dalam beragama. Semua hal harus berada di sana, dan semua butuh untuk dibicarakan. Tidak ada batas sakral di sini, semua harus diuji, yang berarti mengimani saja tak akan pernah cukup.

Filosofi religi

Hitler tak pernah meninggal, ia masih riang jalan kaki di Jombang. 

Kita semua mempercayai kebenaran akan hal ini, lalu kenapa? Kepercayaan merupakan cara penggambaran yang tak bisa diterima, begitu juga menurut pandangan filsafat, kepercayaan seperti ini dianggap tak bernilai. 

Dari sini bisa ditarik bahwa filosofi tentang agama bukan mempercayai apapun orang tuamu ajarkan dari kecil. Bagaimanapun, ajaran ini tidak membuktikan apapun tentang kebenaran dari kepercayaan beragama. Karena, kalau semua yang diajarkan oleh orang tua merupakan kebenaran, maka setiap agama dan tanpa agama bisa dianggap sebagai sebuah kebenaran.

Jadi, bagaimana kita semua dibesarkan memberikan alasan untuk memegang suatu kepercayaan, tetapi tidak berkorelasi dengan kebenaran. 

Filosofi tentang religi juga bukan belajar tentang Al-Quran Bible, atau kitab keagamaan lain. Kita tak bisa menggunakan sesuatu yang tertulis dari kitab untuk membuktikan kebenaran kitab, mencari bukti dari luar buku merupakan suatu keharusan di sini. 

Selain itu, keilmuan ini juga bukan tentang antropologi religi, sosiologi religi, atau pemahaman psikologi terhadap alasan kita untuk mempercayai suatu aliran. Semua ini bisa dipelajari di luar, tetapi tidak dalam filosofi tentang religi.

Di sini kita akan membahas tentang argumen yang mendukung keberadaan Tuhan. Dan, semua ini dimulai dari abad XI oleh Anselm, filsuf dari Perancis yang mampu berargumen tentang keberadaan Tuhan. Dia menawarkan argumen deduktif terhadap keberadaan Tuhan berdasarkan semua pemahaman tentang sifat alami, juga definisi dari Tuhan itu sendiri.

Menurut Anselm, Tuhan merupakan semua hal yang sudah kita bayangkan, memiliki semua sifat alami seperti yang kita tahu, tetapi akan selalu lebih baik dari ini semua. Jadi, Tuhan merupakan semua hal terbaik yang pernah kita bayangkan, tetapi bahkan dari bayangan kita ini tak akan bisa lebih baik dibandingkan dengan Tuhan yang sesungguhnya.

Dari sini kita bisa memikirkan sesuatu seperti rumah dinas atau kuda putih, dua hal yang bisa digambarkan dalam pikiran, tetapi juga nyata. Benar juga, kalau semua hal ini jauh lebih baik terlihat di realitas dibandingkan dengan dalam pikiran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun