Kita semua tahu 'angkat topi' tak pernah cukup untuk mengapresiasi kinerja Shin tae-Yong sebagai pelatih kepala, beliau ini bisa dibilang sudah berhasil memberikan situasi bermain yang nyaman, baik untuk pemain liga 1 atau pemain dari luar negeri.
Selain itu, kinerja pelatih kepala juga bisa dibilang berhasil untuk meningkatkan kualitas permainan dari timnas secara keseluruhan, baik untuk timnas senior atau kelompok usia. Sudah terbukti dari kesuksesan dua turnamen ke belakang.
Bahkan, andai kata garuda muda dikalahkan Korsel di perempat final, pencapaian hari ini sudah luar biasa!
Beruntung, PSSI memiliki pandangan sama, mereka melihat sebuah perkembangan dari STY, berhasil mengamankan tanda tangan pelatih asal Korsel ini untuk tinggal hingga 2027. Harus dikatakan sebuah kinerja luar biasa dari PSSI.
Meski demikian, hasil signifikan dibawa beliau tidak bisa dilihat oleh semua, masih selalu ada hujan kritik di luar sana, terlebih dari bung Tommy Welly yang terkadang agak berlebihan, tetapi masih menyimpan sedikit kebenaran di sana.
Dari artikel ini, kalian akan mendapatkan beberapa kritikan untuk pelatih kepala, harapan tulus dari seorang penggemar biasa, hingga analisa dari penggemar terkait permainan yang sudah dibawa oleh Shin tae-Yong.
Kritik untuk STY
Sebelum ini, harus dikatakan kami mencintai Shin tae-yong, tak ada perdebatan di sana. Namun, harus dikatakan juga beliau ini bukan tuhan, beberapa kesalahan masih dibuat, kesalahan yang sudah tidak boleh lagi terulang.
Pertama, kita semua tahu Shin tae-yong tak bisa berbahasa Indonesia, juga tak lancar berbahasa Inggris, beliau ini cuma menggunakan bahasa korea dan keliling bersama dengan penerjemah. Meski, tak bisa dipungkiri tak ada masalah hingga hari ini, tetapi tidak ada masalah juga kan untuk lebih menghormati dengan belajar bahasa orang sini.
Terlebih, bahasa Indonesia atau bahasa Inggris bisa dibilang bukan bahasa yang susah dibandingkan dengan bahasa lain. Di saat ada keinginan di sana, harus dikatakan PSSI pasti akan memfasilitasi, mengganti koper H-1 sebelum tur uji coba saja dituruti, apalagi cuma untuk mempekerjakan seorang guru les bahasa.
Kedua, berhenti terlalu mengeksklusifkan diri, tak bisa dibantah pelatih kepala tak pernah terlihat untuk mengamati, turun langsung ke lapangan menonton liga 1, dari sini sentimen beberapa penggemar liga lokal tersulut, terlebih untuk klub-klub lokal.