Sebelum terlalu jauh, harus diakui kami tidak terlalu memahami ide dari lagu religi, terutama dengan musik yang pelan, lirik yang diulang-ulang, juga isi dalam sana. Tak bisa dipungkiri kami tahu isi ini tentang religi, tetapi mengapa harus dikemas dengan cara seperti ini. Memang tak bisa dibantah semua soal selera dan kami memilih susah untuk menikmati.
Menariknya, kemasan lagu religi yang ditampilkan seperti ini, dengan musik pelan, juga lirik diulang-ulang, tak bisa dipungkiri cuma ada di sini. Sedangkan, di luar negeri kita semua bisa mengenal The Kominas, Secret Trial Five, hingga The Muslims yang bisa dibilang bergenre muslim punk, yang tampil dengan musik lebih enak untuk diikuti, juga lirik lebih bervariasi, terutama The Muslim, mereka tumbuh cukup signifikan dalam beberapa tahun belakang.
Meski demikian, telinga ini masih sulit untuk menikmati religi. Sebagai bagian dari anak kelahiran 2000s awal, kami lebih memilih untuk mendengarkan rock, puck, atau bahkan pop sekalian kalau sedang bosan, tidak pernah ada terlintas di sana pikiran untuk menyetel lagu religi dalam beragam situasi terjadi, bahkan ketika lebaran.Â
Terpenting dari semua, kami dengan senang hati cuma ingin menggarisbawahi mendengarkan lagu merupakan hiburan, jadi kegiatan ini harus dibuat menghibur. Berdasarkan ini semua kami tak mendengarkan lagu religi, cuma karena merasa tak terhibur dengan ini. Harus diingat, lagu religi tidak sama dengan mendengarkan orang mengaji, sebab kami masih bisa menikmati ngaji.
Lebih jauh lagi, tak bisa dipungkiri memang cuma sebatas terdengar dalam mendengarkan ngaji, bahkan boleh jadi tak pernah kami dengan sengaja membuka gadget yang hampir selalu berada di genggaman untuk menyetel ngaji. Semua asupan ini kami dapatkan dari luar diri, itu juga beragam entah 'ngaji' atau 'sholawat', semenjak negara ini mayoritas muslim jelas kami tak bisa menghindari, bahkan seperti dikatakan sebelum ini, kami bisa menikmati. Terlebih, kalau semua asupan religi dalam bentuk 'sholawat' dan datang dari rumah sendiri.
Nostalgia ringkas tentang 'sholawat'
Sebelum lebih jauh, harus diingatkan kembali, tak bisa dipungkiri kami bukan tipe orang bisa menikmati lagu religi, ini semua juga berkorelasi lurus dengan selawat secara keseluruhan. Belum tercatat di sana momen di mana semua berjalan tenang dalam pikiran, lalu menyetel lagu selawatan untuk dinyanyikan.
Meski demikian, tak bisa dipungkiri kami tinggal dalam negara mayoritas muslim di sini, pasti kami memiliki frekuensi cukup tinggi untuk setidaknya mengetahui selawat populer lokal. Terlebih, keluaran 2010-an boleh jadi era tertinggi religi dalam negeri, yang pernah kami lewati. Di sini kami akan menulis kesan untuk semua sudah terlintas di sana.
Opick
Aunur Rofiq Lil Firdaus, lebih dikenal sebagai Opick tak bisa dibantah salah satu nama terbaik pada masanya, bahkan tak bisa dipungkiri kami tak bisa memikirkan nama penyanyi lain di era sama selain beliau ini. Sebagian dari kita juga boleh jadi tak suka mendengarkan lagu religi, tetapi untuk mendengarkan Opick, semua bisa dibicarakan kembali.