Datang ke Jawa
Mengapung empat hari dari Singapura, Menaiki Kapal Padang, membawa kami dengan aman ke pelabuhan laut Batavia. Ini adalah teluk besar, bertabur dengan sejumlah pulau, beberapa di antaranya tidak berpenghuni, sementara yang lain, ditemukan memenuhi syarat menjadi tujuan, telah diubah menjadi dermaga, sebagian oleh Pemerintah, dan sebagian oleh perorangan.
Pulau-pulau ini tidak cukup besar untuk melindungi pelabuhan dari angin kencang bertiup selama musim timur. Tetapi jumlahnya cukup banyak untuk membuat bagian itu menjadi rumit dan berbahaya, pelaut butuh konsentrasi penuh.
Pelabuhan Batavia tidak begitu mengesankan seperti di Singapura. Garis pantai berawa-rawa dan ditutupi dengan tanaman laut (bakau ?). Dari laut dekat pelabuhan, seperti sejauh mata memandang daratannya cukup datar, dan tetapi untuk keragaman dedaunan tropis terlihat di mana-mana.
Meninggalkan Kapal Uap Padang, kami berpindah ke perahu kecil, dengan layar tikar besar, yang meskipun demikian rupanya dengan mudah terbawa angin membawa perahu ke dermaga.
Berlayar setengah jam membawa kami ke mulut kanal kota Batavia. Kota yang luasnya dua mil jauhnya ke pedalaman. Kanal ini lebarnya antara tiga puluh kaki sampai empat puluh kaki, dengan tembok rendah sekitar lima kaki di setiap sisi, untuk melindungi saluran dari pendangkalan.
Setelah beberapa waktu, para lelaki menurunkan layar perahu kami, kami sekarang melanjutkan dengan dayung melewati sejumlah penangkapan ikan dan galangan kapal.
Mercusuar dan Kanal
Di dinding yang menutupi kanal, tanahnya sangat berlumpur, dan sebagian diisi dengan beton dan puing-puing lainnya, di mana beberapa pondok beratap kecil didirikan di sekitar dermaga, mungkin dihuni oleh nelayan. Itu bisa dibuktikan dari jaring-jaring ikan yang dijemur.