Anak adalah manusia yang masih muda. Anak terlahir dari rahim ibu tanpa dosa. Bagikan kertas putih yang masih polos. Begitu juga dengan kondisi fisik fisiologisnya yaitu system kekebalan tubuh. Dia belum mempunyai system kekebalan tubuh yang lengkap. Oleh karena itu, anak pasti rentan terhadap penyakit. Salah satu penyakit yang membahayakan anak dan belum ada vaksinnya adalah diare.
Apa itu Diare?
Diare adalah penyakit yang menyerang usus besar, dimana usus besar tidak bisa menyerap kembali air dalam tinja sesuai yang dibutuhkan. Akibatnya, saat buang air besar, feses (tinja) menjadi encer. Selain encer, pada anak yang terkena diare, frekuensi buang air besarnya akan meningkat, lebih dari tiga kali sehari. Selain frekuensi dan keenceran yang tinggi, diare juga bisa disertai lendir atau darah.
Akibat yang ditimbulkan diare utamanya adalah dehidrasi. Hal ini ditandai dengan buang air kecil yang sedikit atau jarang. Selain itu juga pada anak yang diare sering merasa haus akibat dehidrasi. Selain itu juga, anak juga mungkin merasa sakit perut. Apabila dehidrasi terjadi, dapat mengakibatkan tekanan darah rendah (hipotensi) akibat volume aliran darah jantung mengecil. Lebih lanjut, anak bisa hilang kesadaran. Sebelum hilang kesadaran, anak pasti merasakan lemas akibat ketidak seimbangan elektrolit tubuh yang sampai ke otot untuk melakukan kontraksi. Ketidakseimbangan elektrolit ini tentunya akan membahayakan ginjal terlebih pada saat ini cairan tubuh berkurang.
Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri E. Coli. Bakteri ini, normalnya berada di usus besar untuk pengadaan vitamin K bagi tubuh. Bakteri ini juga terbawa ke feses saat buang air besar. Seperti halnya bakteri pada umumnya, bakteri ini dapat hilang dengan sabun mandi. Lingkungan dan perilaku yang tidak bersih adalah sumber utama penyakit diare yang diakibatkan bakteri ini.
Setiap penyakit pada anak pasti akan menimbulkan tumbuh kembangnya terhambat. Efek utama dari kebanyakan penyakit terhadap tumbuh kembang anak adalah menurunnya kurva pertumbuhan. Apabila kurva pertumbuhan anak mengalami penyimpangan dari yang biasanya, maka perlu tindakan segera. Bila tidak dulakukan tindakan yang cepat dan tepat, ditakutkan akan membahayakan kesehatan fisik dan mental di masa yang akan datang. Pada kasus diare, anak kemungkinan akan mengalami keterlambatan perkembangan sosial. Hal ini terjadi karena pada anak yang terkena diare, dia pasti merasakan lemas lalu tidak dapat beraktifitas social.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit diare ini muncul pada anak. Upaya yang paling utama dan mudah adalah berperilaku hidup bersih. Membuang feses harus dijamban yang mengalir ke septic tank yang jaraknya tidak boleh kurang dari 10 meter dari sumur. Hal ini penting karena feses adalah sarang bakteri (dan cacing) penyebab diare. Apabila tidak tersedia jamban dan septic tank yang baik, biasanya warga buang air besar di sawah, atau kali. Terlebih apabila kali atau sungai digunakan untuk mandi dan mencuci makanan. Sedangkan pak tani di sawah biasanya pergi ke sawah tanpa menggunakan sepatu bot, dan anak suka main lumpur di sawah dan main air di sungai. Terlebih saat ini sungai menjadi saluran sampah, yang dapat menjadi ladang surga bagi penyebab berbagai penyakit. Ini sangat membahayakan anak.
Peran Keluarga dan Komunitas
Peran keluarga dan komunitas dalam pencegahan penyakit diare ini sangat besar. Keluarga (orang tua, atau yang dituakan) harus mampu mengajarkan dan memberi tauladan pada anak, karena sebaik-baik pengajaran adalah dengan tauladan baik. Sebelum member tauladan tentunya orang tua (atau yang dituakan) harus mengetahui bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat itu. Perilaku hidup bersih dan sehat menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes tahun 2006 mencakup: 1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, 2) Bayi diberi ASI eksklusif, 3) Mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, 4) Ketersediaan air bersih, 5) Ketersediaan jamban sehat, 6) Kesesuaian luas lantau dengan jumlah penghuni (min 9 m2 per orang), 7) Lantai rumah bukan tanah, 8) Tidak merokok dalam rumah, 9)Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Indicator keberhasilan upaya pencegahan diare oleh keluarga dan komunitas (masyarakat sekitar rumah) adalah tidak adanya warga yang terkena diare. Apabila terdapat warga yang terkena diare segera bawa ke puskesmas, dan tidak perlu khawatir karena penyakit ini tidak mudah menular apabila seseorang memiliki kekebalan tubuh. Kekebalan tubuh didapat dengan makan (dan tidur) teratur dan bergizi (atau berkualitas). Setelah diketahui ada yang terkena diare, warga sebaiknya melakukan upaya pembenahan yang sesuai (mis. membuat jamban sehat).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H