Mohon tunggu...
Hafid Solehudin
Hafid Solehudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - SEMOGA HARIMU MENYENANGKAN :D

Selamat Membaca :D

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ini Dia Filosofi, Konsiparsi Logo Halal MUI yang Baru

14 Maret 2022   09:46 Diperbarui: 14 Maret 2022   09:48 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedang ramai saat ini menjadi perbincangan terkait logo Halal dari Kemenag yang baru, ada yang menanggapi sebagai kontr0versi dan ada juga yang menangapi sebagai suatu kemajuan, di atas adalah salah satu contoh logo Halal se Asia, Menurut kalian manakah yang paling unik ? Mari kita bahas.

Banyak sekali sepekulatif dan perdebatan dengan adanya logo halal ini, kita mulai dari filosofi dulu. Banyak pendapat tentang logo Halal ini, antara lain ada yang mengatakan bahwa logo halal tersebut melambangkan kehidupan manusia, lalu bentuk gunungnya tersusun sedemikian rupa membentuk kali grafi yang terangkai hingga membentuk kalimat Halal. Ada juga yang berpendapat bahwa motif label halal yang berupa surjan yang memiliki kancing tiga pasang atau enam biji yang melambangkan rukun iman.

Salah satu netizen juga berkomentar bahwa Logo Halal tersebut menggunakan khot Kufi Basit ( Jenis model tulisan dalam kali grafi ) yang menyerupai kubah ( kubah Yerusalem ), di mana pada saat itu pertama kali para seniman mulai senang dengan kali grafi pada abad ke-7 dan warna ungu tersebut memiliki makna yang sangat dalam. 

Sumber dari @Lukisanslide
Sumber dari @Lukisanslide

Perdebatan di sosial media juga banyak yang mempertanyakan beberapa kejanggalan tentang penggunaan logo yang jawa entris, dan hanya menggunakan budaya jawa saja sebagai background, padahal banyak sekali budaya yang ada di indonesia, sebagai smart people mari kita tunggu konfirmasi dari pihak Kemenag, karena sayogyanya berita yang tersebar di media sosial hanya ada 2 kemungkinan, antara Fakta dan di akui atau karena Hoax yang selerasi dengan majas hiperbola yang malah keluar dari konteks fakta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun