Pendahuluan
Pendidikan dan karakter ialah dua hal yang saling berkaitan. Salah satu hal yang dapat membentuk karakter ialah pendidikan. Melalui pendidikan karakter seseorang dapat terbentuk seiring berjalannya waktu. Karakter adalah nilai-nilai yang unik baik yang terpatri dalam diri dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil pola pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang. Karakter seseorang dapat terbentuk karena adanya kebiasaan yang dilakukan terus menerus, sikap yang diambil dalam menanggapi sesuatu, dan kata-kata yang diucapkan pada orang lain. Kebiasaan seseorang terbentuk dari tindakan yang dilakukan berulang-ulang setiap hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ganjar Setyo Widodo, dkk. (2016) mengatakan bahwa terdapat kenakalan kenakalan yang dilakukan oleh siswa, yang dikategorikan menjadi dua, yaitu kenakalan berupa mengganggu dan kenakalan serius siswa. Perilaku mengganggu meliputi tidak memperhatikan kerapian, tidak memperhatikan penjelasan guru, agresif, menyontek, membuat ancaman fisik dan verbal kepada guru dan siswa, tidak patuh terhadap perintah guru, sedangkan kenakalan serius siswa meliputi perilaku membolos dan mencuri.
Pembahas
Peran adalah satu pekerjaan yang dilakukan seorang berdasarkan status yang disandang seseorang. Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Teman sebaya adalah orang-orang yang mempunyai tingkatan umur yang sama, tingkah laku dan cenderung mempunyai kebiasaan yang sama (Nasution, 2018). Salah satu fungsi terpenting dari teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia di luar keluarga. Sedangkan peran teman sebaya menurut Yusuf yaitu memberikan kesempatan berinteraksi dengan orang lain, mengontrol perilaku sosial, mengembangkan keterampilan dan minat sesuai dengan usianya, dan saling bertukar pikiran dan masalah. Selain berperan dalam perkembangan sosial, teman sebaya juga memiliki peran dalam meningkatkan prestasi siswa. Semakin baik dukungan teman sebaya maka semakin tinggi motivasi belajar siswa begitupun sebaliknya semakin buruk dukungan dari teman sebaya maka semakin rendah motivasi belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peran dalam perkembangan perilaku sosial maupun prestasi anak. Selain itu teman sebaya memiliki peran sebagai sarana interaksi dengan orang lain diluar anggota keluarga.
Selanjutnya mengenai fungsi teman sebaya, teman sebaya memiliki fungsi utama yaitu memberikan sumber informasi dan komparasi tentang dunia luar. Kelly dan Hansen menyebutkan 6 fungsi positif dari teman sebaya, yaitu :
a. Mengontrol impuls-impuls agresif. Interaksi dengan sebaya, remaja belajar bagaimana memecahkan pertentangan pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan agresi langsung.
b. Memperoleh dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih independen. Teman-teman dan kelompok teman sebaya memberikan dorongan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab baru. Dorongan yang diperoleh remaja dari ketergantungan remaja pada dorongan keluarga.
c. Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran, dan belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang. Mengekspresikan ide-ide dan perasaan perasaan serta mengembangkan kemampuan mereka memecahkan masalah.
d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin. Sikap-sikap seksual dan tingkah laku jenis kelamin terutama dibentuk melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja belajar mengenai tingkah laku dan sikap-sikap yang diasosiasikan dengan menjadi laki laki dan perempuan muda.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai. Umumnya orang dewasa mengajarkan anak-anak tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dalam kelompok teman sebaya, remaja mencoba mengambil keputusan atas diri mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana yang benar. Proses mengevaluasi ini dapat membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.
f. Meningkatkan harga diri (self-esteem). Menjadi orang yang disukai oleh sejumlah besar teman-teman sebayanya membuat remaja merasa senang tentang dirinya.
Selain itu Santrock mengemukakan pendapat mengenai fungsi teman sebaya, diantaranya yaitu :
a. Mengajarkan kebudayaan masyarakatnya. Melalui kelompok teman sebayanya itu anak-anak akan belajar standar moralitas orang dewasa, seperti bermain secara baik, kejujuran, dan tanggung jawab. Sehingga nantinya anak akan terbiasa melakukan hal tersebut dari bekal uang sudah didapat dari kelompok teman sebayanya.
b. Kelompok sebaya mengajarkan peranan-peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin. Seperti halnya ketika bermain anak yang berjenis kelamin laki-laki akan berperan menjadi bapak dan juga akan memerankan juga cara berpakaian yang digunakan seorang laki-laki yang besar. Kemudian juga sebaliknya anak yang berjenis kelamin perempuan akan berperan menjadi ibu yang nantinya pasti akan mengandung dan mempunyai anak, dan juga akan memerankan cara berpakaian wanita pada umumnya.
c. Kelompok teman sebaya membantu anak bebas dari orang dewasa. Dalam hal ini, ketika anak sering berkumpul dengan teman seusianya pasti akan mampu menyeimbangkan perilaku yang ia perankan sesuai teman-temannya. Sedikit atau banyak akan timbul konflik dalam pertemanan tersebut, sehingga mereka mampu mengetahui cara mengatasi konflik tersebut sendiri tanpa harus dihadapi bersama orang tua atau kakaknya (orang dewasa).
Namun selain fungsi dari teman sebaya tersebut, sejumlah ahli teori lain menekankan pengaruh negatif dari teman sebaya terhadap perkembangan anak-anak dan remaja. Bagi remaja yang diabaikan atau mendapat penolakan dari kelompoknya mereka akan merasa merasa tidak bahagia, tidak aman, cepat tersinggung, dan merasa cemas. Disamping itu penelitian lain juga menjelaskan bahwa tekanan dari teman sebaya dapat menyebabkan perilaku bullying pada siswa agar dapat diterima oleh teman sebayanya.
Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peran yang cukup penting dalam perkembangan kepribadian anak, mulai peran positif maupun peran negatif.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
SIMPULAN
Pendidikan merupakan sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan termasuk karakter. Dalam mencapai manusia yang berakhlak (berkarakter) mulia diperlukan adanya pendidikan karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik. Pendidikan karakter merupakan hal yang penting terutama pendidikan karakter religius. Teman sebaya sangat mempengaruhi perkembangan psikologis anak melalui sosialisasi antar siswa baik saat pembelajaran maupun waktu istirahat. Melakukan kegiatan secara bersama-sama seperti berdiskusi, bermain, melakukan ibadah bersama, dan lain-lain. Teman sebaya dapat mempengaruhi karakter atau akhlak Peserta didik terhadap guru maupun tenaga kependidikan lainnya dengan meniru perilaku teman lainnya seperti salam, bersalaman dengan guru, berdoa sebelum melakukan sesuatu, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Rakhmita Dias. (2015). Pengaruh Teman Sebaya, Lingkungan Keluarga, dan Motivasi Belajar Terhadap Disiplin Belajar Siswa. Semarang: Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta : PT. Erlangga.
Lestari, E., Arlizon, H. R., & Yakub, E. (2017). Hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri (self esteem) siswa kelas viii smp negeri pekanbaru. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 4(2), 1–10.
https://muslim.or.id/8879-pengaruh-teman-bergaul.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H