Mohon tunggu...
Haerun Nisa
Haerun Nisa Mohon Tunggu... -

nama saya nisa saya lahir di mataram dan sekarang kuliah di universitas mataram prodi ppkn

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tradisi Sugulang Banjar Sebagai Wahana dalam Memberikan Pendidikan Moral

8 April 2016   17:50 Diperbarui: 8 April 2016   18:12 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="foto remaja.com"] 

[/caption]Remaja merupakan generasi yang di persiapkan sebagai pilar penegak bangsa yang sangat rentan terhadap rayap-rayap yang akan menggerogoti, sebagai salah satu contoh dari rayap tersebut adalah pergaulan bebas yang di dalamnya terselip budaya seks bebas telah menyerang para remaja. Remaja merupakan generasi penerus sebuah kader bangsa, kader masyarakat, dan pemuda selalu diidentikkan dengan perubahan, karena pada usia remaja sangat menentukan masa depan suatu bangsa bisa berhasil atau tidak. 

Didalam masayarakat remaja merupakan satu identitas yang memiliki potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsa tercinta ini.Namun pada realita saat ini para remaja bangsa Indonesia sangat rentan terkena pengaruh, dari teman atau lingkungannya, seperti halnya melakukan pergaulan bebas, yang pada hakikatnya paling berdampak negative bagi remaja putri yang akhirnya hamil diluar nikah dan laki-laki yang menghamili entah kemana, selain itu dampak negative lainnya adalah tekanan psikologis dari masyarakat sekitar, remaja yang hamil diluar nikah biasanya diasingkan dan cemooh sebagai perempuan yang tidak berahlak, namun banyak juga di daerah-daerah lain terutama di suku sasak sendiri, hanya sebagian kecil yang memberikan hukuman bagi para pelaku asusila. Contoh desa yang memberlakukan hukuman sugulang Banjar bagi pelaku asusila adalah desa Bajur. Desa Bajur terletak di kecamatan Labuapi Lombok Barat, yang berbatasan dengan kota Mataram.


Masyarakat desa Bajur sangat menjujung tinggi nilai-nilai luhur dari nenek moyang mereka salah satunya adalah tradisi hukuman sugulang banjar yang di berikan kepada para pelaku asusila. Pelaku asusila di desa Bajur tidak hanya diidentikkan kepada mereka yang sampai hamil, bahkan mereka yang hanya bermesraan, keluar malam sampai jam 10 malam tanpa di ketahui oleh keluarga, dan tidak ditemani oleh muhrimnya maka dia dianggap telah melanggar awik-awik desa. 


Hukuman Sugulang Banjar yang dilakukan di desa Bajur sudah berlangsung sangat lama, ini di lakukan demi menjaga nilai-nilai budi pekerti, menegakkan nilai-nilai pancasila dan agama, selain itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai nilai-nilai agama, dan meningkatkan moral masyarakat itu sendiri. Hukuman sugulang banjar ini di pimpin oleh pengulu desa Bajur, dan biasanya ketika sudah katahuan berbuat asusila maka nama pelaku dan nama orang tua pelaku diumumkan dimasjid dengan keterangan telah melakukan perbuatan asusila dengan si A, ditempat ini, dengan waktu sekian, dan akan di sugulang banjar selama 5 tahun lamanya, dengan ketentuan, bagi pelaku asusila tidak boleh di makamkan dikuburan desa dan tidak boleh didatangi kalau meninggal, selain itu jika pelaku asusila ini menikah dia tidak boleh diurus oleh desa, dia tidak boleh didatangi kecuali dari keluarga terdekat, atau kata lainnya sudah tidak dianggap keberdaannya.


 Oleh karena itu di Desa Bajur sendiri sangat jarang terjadi hal demikian disebabkan awik-awik yang dibuat oleh masyarakat desa Bajur dulu sangat tegas di lakukan, dan ini sangat memberikan pengaruh positif bagi kondisi dan situasi desa ini sendiri, selain itu dengan adanya peraturan ini secara tidak langsung telah mendidik masyarakatnya terutama para remajanya untuk tidak berbuat yang melenceng dari norma agama, dan hukum.
 Keberadaan dari awik-awik ini akan sedikit membantu pemerintah dalam melahirkan para generasi bangsa yang berkualitas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan, sehingga dengan harapan awik-awik sugulang banjar ini mampu mendidik para generasi bangsa selanjutnya yang akan lebih menjadi manusia yang bermoral serta memiliki ahlakul karimah. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun