Mohon tunggu...
Haerul Said
Haerul Said Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kesuksesan terbesar adalah sadar dari mana, di mana dan ke mana hendak melangkah haerulsaid14@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bagai Burung Hantu

8 Oktober 2014   17:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:53 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bagai Burung Hantu

Bagai burung hantu yang menghindari keramaian
Merenung di malam yang pekat
Mencerna tentang apa itu "awal" dan apa itu "akhir",
Sepanjang malam hanya tersisa redup cahaya,

Bagi burung hantu yang tak menyukai terang
namun sesungguhnya butuh "cahaya"
agar memahami keberadaan diri sesungguhnya,
yang awalnya bertanya-tanya "Siapakah sang pencipta dari semua ini?"
Lama merenung lalu kembali pada pertanyaan "Atau Siapakah diri ini?"

Bagai burung hantu yang mengonggong pada pekatnya malam
Ingin melantunkan bait-bait wahyu yang telah tergurat
Akhirnya pekikan gongongan itu seperti tak berarti apa-apa
namun bisa tercatat sebagai usaha hingga kembali ber-kontemplasi
Di atas dahan kering nan rapuh

Mungkin diri bagai burung hantu yang fitrahnya merindukan cahaya
Yang menyisakan pertanyaan-pertanyaan
Dari mana,
Di mana,
dan Akan kemana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun