Mohon tunggu...
haerawati idris
haerawati idris Mohon Tunggu... -

Staf pengajar bagian administrasi dan kebijakan UNSRI-Palembang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayah, Ajarkan Aku…

10 November 2014   00:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:13 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sejatinya ketika seorang laki-laki telah berubah status menjadi seorang suami, maka berubah pulalah peran dan tanggung jawab yang dimiliki. Demikian halnya seorang wanita, ketika ijab qabul telah terucap, maka statusnya menjadi istri. Ketika ia dianugrahi seorang anak, maka statusnya menjadi seorang ibu.  Jika keluarga diibaratkan adalah kapal laut. Suami menjadi nahkoda dalam mengarungi lautan  dan istri menjadi pendamping nahkoda. Pasti akan ada gelombang kecil dan besar selama mengarungi lautan. Demikian halnya ketika buah hati ada dalam keluarga. Ia akan menjadi penyejuk mata dan amanah terbesar. Peran seorang ayah pun akan bertambah. Tidak hanya mencari nafkah bagi keluarganya, namun lebih dari itu, mendidik istri dan anak harus menjadi prioritas.

“Buah tak jauh dari pohonnya”. Sebuah ungkapan pepatah yang tak asing bagi kita semua. Bagaimana anak dalam sebuah keluarga sangat tergantung dalam didikan orang tuanya. Jika seorang anak, didik dengan agama dan akhlak yang mulia, maka si anak akan berperilaku sesuai dengan didikan orang tuanya. Pendidikan yang terbaik adalah pendidikan sejak kecil dari rumahnya. Sejatinya rumah adalah syurga bagi penghuninya. Tempat belajar dan berbagi suka maupun duka.

Pendidikan anak bukan hanya urusan seorang ibu, namun peran seorang suami sangat mendukung.  Suami sebagai pemimpin dalam keluarga penting mengenalkan agama bagi istri dan anaknya. Hal ini menjadi benteng yang kokoh ketika terjadi masalah. Semua orang tua pasti menginginkan anak yang sholeh. Sejatinya orang tua pun harus lebih sholeh. Membiasakan diri belajar dan memperbaiki diri menjadi modal dalam membangun keluarga.

Fenomena bully di antara anak sekolah bisa dilatarbelakangi oleh pendidikan nilai belum ada dalam keluarga. Pendidikan dirumah hanya pada sebatas pengetahuan umum. Namun, sangat minim pendidikan nilai dan akhlak sehingga perilaku anak tak terkontrol. Tontonan dan tayangan yang kurang pantas sering menjadi konsumsi anak. Perilaku orang tua yang tidak menjadi tauladan membuat anak tidak mendapat fiqur yang baik. Demikian halnya, kesibukan orang tua yang begitu besar, sehingga mengenalkan akhlak dan nilai-nilai yang baik pun semakin pudar.

Mendidik anak bukan hanya agar anak menjadi cerdas  di sekolah, namun jauh dari itu, cerdas, namun tidak bermoral dan berakhlak, kecerdasan itu menjadi tak berarti. Namun integrasi antara kecerdasan dan akhlak yang mulia itu lebih utama.  Jika tiap keluarga memprioritaskan pendidikan nilai/akhlak sejak dini, maka masalah bully dan  masalah perilaku anak dapat diminimalisir dengan baik. Peran ayah dalam mengenalkan akhlak dan nilai menjadi faktor utama agar anak-anak dapat tumbuh menjadi manusia yang beradab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun