Mohon tunggu...
R A Kurniasih
R A Kurniasih Mohon Tunggu... Penulis - Just blog and share

Dimana sebuah perjalanan berawal, disitulah sebuah kisah dimulai. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Modus Lama yang Tetap Harus Diwaspadai

10 Januari 2014   17:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tehnik penipuan makin lama makin berkembang. Saat ini penipuan makin canggih dengan menggunakan SMS, email, telefon, bahkan sosial media. Saya teringat sebuah kejadian suatu siang di tahun 2002. Ketika itu saya mendapatkan surat berisi pernyataan bahwa saya memenangkan undian berupa sebuah motor kawasaki ninja. Di dalam amplop juga terdapat kertas-kertas dengan kop surat kepolisian dan dinas sosial. Surat itu tampak meyakinkan, terlebih lagi didalamnya terselip kartu pos tulisan tangan saya tiga tahun yang lalu.

Saya ingat betul dengan kartu pos itu. Kartu pos itu saya kirimkan untuk menjawab pertanyaan kuis yang bermaskot burung hantu. Masa-masa itu kuis tersebut sangat digandrungi oleh para pelajar, termasuk saya yang rajin mengirim kartu pos untuk mendapatkan hadiah. Namun kala itu saya tak kunjung menjadi pemenang. Sehingga ketika surat beserta kartu pos itu datang saya sempat bingung mengapa kartu pos saya masih ada sementara acara tersebut sudah habis masa tayangnya.

Akhirnya saya memberanikan menelfon nomor yang tertetera di dalam surat. Seorang laki-laki menjawab diseberang. Dia begitu bersemangat memberikan selamat dan meyakinkan bahwa saya adalah pemenangnya. Dia lalu menjelaskan bahwa untuk mendapatkan hadiah saya harus mengirim uang sebesar 1 juta rupiah (saat itu uang 1 juta sangat besar) lalu mengefax nota pengiriman dan kartu identitas saya. Jika uang tidak ditransfer maka hadiah tersebut hangus dan akan didonasikan ke dinas sosial.

Hal pertama yang dipikirkan orang tua saya adalah dari mana uang itu. Kemudian bagaimana cara mentransfer mengingat hari sudah sore, bank sudah tutup, dan keluarga tidak punya ATM. Selanjutnya yang menjadi permasalahan adalah dimana tempat yang bisa mengirim faksimili, maklum kami tinggal di kota kecil yang tak semuanya ada. Kami sekeluarga hanya bisa terpaku memandangi surat itu. Lalu ibu berkata pada saya agar tak usah memikirkan hadiah itu, mungkin memang belum menjadi milik kami.

Kami mungkin waktu itu tak sepenuhnya sadar bahwa hal itu adalah penipuan. Baru setelah beberapa bulan kemudian kami diberitahu bahwa jika seseorang memenangkan hadiah tidak ada biaya apapun kecuali potongan pajak, itupun tidak selalu. Tapi untungnya kami tak mentransfer serupiah pun jadi penipuan gagal. Bertahun-tahun setelah kejadian itu saya juga mendapatkan jawaban tentang kemunculan kartu pos setelah tiga tahun lalu saya kirimkan. Kabarnya setelah dilakukan pengundian kartu pos, surat, dan kupon dari peserta yang tidak menjadi pemenang akan dikumpulkan dalam satu karung kemudian dibakar. Nah, kemungkinan ada orang-orang yang 'nakal' tidak membakar karung tersebut namun memanfaatkan menjadi barang bukti untuk melakukan penipuan.

Di masa kini, modus seperti yang saya alami itu sudah ketinggalan zaman, namun kita tetap harus waspada terutama bagi mereka yang sering mengirimkan kupon undian atau kuis dengan mengirimkan identitas pribadi via pos. Saya yakin di luar sana ada orang yang pernah menjadi korban penipuan seperti ini. Ada baiknya jika menerima surat berisi pernyataan pemenang segera menghubungi perusahaan atau instansi yang mengadakan kuis atau undian. Tak lupa juga tanyakan apakah betul mereka sedang melakukan pengundian barangkali saja ada oknum yang memanfaatkan nama perusahaan untuk menipu kita. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun