JARAK, itu tak hanya sebatas posisi, atau lokasi lagi tempat. JARAK, itu terpisah akan sesuatu yang tak terlihat, tak diketahui terkadang. Jauh ?? Belum tentu. Adakah kamu tahu ? Waktu dan keadaan pun bisa berjarak. Hmm.. bukan tentang LDR, bukan. Hanya menurutku mereka, masih jauh dari apa yang mereka namakan pada hubungan mereka. Cinta mereka nyata, berwujud, hanya belum dapat disentuh, untuk beberapa saat. Langit yang mereka lihat masih sama. Bumi yang mereka pijak pun begitu. Sekali lagi hanya lokasi, yang kini telah tertutup oleh komunikasi.
Bagi kita, mungkin aku, penganut cinta platonis, masih mempercayai jarak, terhadap tempat, waktu, keadaan dan impian. Sebut saja jarak itu celah, karena kita tak bisa memperkirakan bahkan meramalkan ukuran dimensinya. Dan celah itu akan terus ada, karena kamu masih belum berwujud, saat ini. KAMU MASIH BELUM BISA aku sentuh, singkatnya seperti itu.
Aku akui bahkan aku tak mengerti apa yang menjadikanku begitu merindukanmu, sosok yang nyata pun belum, saat ini. Mungkin kamu ada, entah dekat entah jauh, entah terduga entah mustahil, entah aku kenal atau tidak, hanya untuk saat ini, KITA, aku dan kamu, masih berada pada suatu posisi, dimana Tuhan masih belum mempertemukan kita. Butuh waktu untuk mewujudkan itu, dan penuh pertimbanganNya. Pertemuan kita itu, bisa saja besok, lusa, minggu depan, tahun depan, atau entah kapan, tapi yakinkan saja, pasti akan terjadi. Tuhan membiarkan ini terjadi, padaku saat ini (entah bagaimana denganmu di sana) hanya agar aku belajar saja, akan segala hal yang telah terjadi, kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Agar aku dapat mempersiapkan diri untuk bertemu denganmu nanti. Mempersiapkan perasaan yang nantinya akan aku curahkan, mempersiapkan cinta...
Dan suatu hal yang aku akui sangat, bahkan aku tak mengerti apa itu cinta. Yang aku tahu , ia akan menjadi tak berarti saat diartikan, dia akan pergi saat ditahan, dan dia akan bertahan, saat kita memaksanya menyingkir. Dan segala wujud kerinduanku ini, kerinduan akan dirimu, mungkin hanya sebatas efek cinta platonis itu. Cinta yang menjadi ada, karena tidak ada, predikat tanpa objek. Dan dengan segala ketiadaan ini, aku harap jembatan itu lekas ada, jembatan pemecah jarak, jembatan antara kekosonganku, celah dan (mungkin) kekosongamu.
Baiklah, sebut saja aku telalu imajiner, lagi bukan pengharap :)
Apakah jembatan itu akan menjadi nyata ? Tanpa menghilangkan jembatan ini, jembatan yang membuahkan jarak, jembatan yang memaksaku menabung rindu, jembatan yang sungguh mengingatkan aku akan sejatinya 'cinta platonis' ini. Dan apakah jembatan ini akan terus ada ?? Yang memberi kita jarak, sekaligus mendekatkan para impian, mewujudkan penantian, meredakan kerinduan ?
Bukan, bukan di antara kita, karena aku tak tahu apakah juga kamu rasakan ini ... karenanya cukuplah satu hal, ini berlaku untukku kepada sesesok kamu (yang belum nyata)
Ini dariku, entah bagaimana denganmu, disana
dariku, yang tengah menabung sekaligus membendung rindu akan dirimu
catatan 24.02.2013
pada suatu saat, di suatu tempat, yang kadang tak terlihat