Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menanti Penantang Serius ChatGPT Dari Tiongkok

29 Maret 2023   15:34 Diperbarui: 29 Maret 2023   18:53 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selalu tertinggal terlebih dahulu kemudian melakukan comeback yang luar biasa. 

Itulah Tiongkok dengan  teknologinya. Kita bisa melihat bagaimana sekarang roket 'made in China' hilir mudik bolak balik membawa satelit dan Taikonot (sebutan Astronot versi Tiongkok). Sebelum hilir mudik roket ternyata Tiongkok sempat dikucilkan oleh Amerika Serikat terkait program luar angkasa. Amerika Serikat lebih memilih Rusia , Jepang serta negara-negara Eropa daripada mengajak China untuk program stasiun luar angkasa bersama atau ISS. Nyatanya China tak tinggal diam dan gigit jari ketika negara barat mengunguli teknologi luar angkasa mereka, Tiongkok melalui bantuan sahabat terbaik yakni Rusia, melakukan lompatan fenomenal dibidang luar angkasa. Meluncurkan stasiun luar angkasa sendiri yakni Tiangong, ikut mengeksplorasi Mars, Bulan bahkan mempunyai keinginan menambang Asteroid. Kemajuan dibidang teknologi bukan hanya dari roket satelit, Tiongkok juga 'menggulung' semua media sosial asal Amerika Serikat seperti Facebook, Twiiter dan Instagram dari sisi jumlah pengguna aktif, melalui media sosialnya buatan sendiri yaitu Tiktok.  

Kemajuan pesat Tiktok membuat pemerintah AS berang, AS memandang TikTok dapat mengancam keamanan nasional dan privasi pengguna AS karena TikTok dimiliki oleh perusahaan China, ByteDance, dan diatur oleh hukum China.  Pada tahun 2020, mantan Presiden AS Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang transaksi dengan ByteDance, perusahaan induk TikTok, dan WeChat, sebuah aplikasi pesan China, karena alasan keamanan nasional. Namun, larangan ini dihentikan oleh pengadilan karena dianggap tidak memadai bukti dan melanggar hak privasi perusahaan dan pengguna. Selanjutnya yang kita tahu, CEO Tiktok dipanggil untuk memberi penjelasan oleh DPR AS. Hal tersebut nampaknya hanya alasan yang dicari untuk merem laju keberhasilan Tiktok.

AI 'Made in China'

Lantas bagaimana dengan AI, teknologi masa depan yang niscaya akan mengubah dunia. AS lebih dahulu mencuri start dengan CHAT GPT, tapi seperti biasa Tiongkok tidak tinggal diam begitu saja karena nyatanya terdapat beberapa saingan Chat GPT dari China yang telah muncul dalam belakangan ini. Salah satu yang paling terkenal adalah model bahasa alami dari perusahaan teknologi asal China bernama Tencent, yang dikenal dengan nama "Tencent AI Lab". Model mereka, yang disebut "Tencent AI Lab Chat", merupakan model bahasa alami berbasis AI terbesar di Tiongkok dan diperkirakan memiliki lebih dari 18 juta pengguna aktif setiap bulannya untuk di Tiongkok saja.

Selain Tencent, perusahaan teknologi Tiongkok lainnya yang juga memiliki model bahasa alami berbasis AI adalah Alibaba, Baidu, dan Huawei. Alibaba, misalnya, memiliki "AliMe", yang dikembangkan oleh divisi kecerdasan buatan mereka yang dikenal sebagai "Alibaba DAMO Academy". Sementara itu, Baidu memiliki model bahasa alami mereka yang disebut "Baidu AI" dan Huawei memiliki model mereka yang disebut "Huawei HiAI". beberapa perusahaan teknologi Tiongkok saat ini sedang berusaha untuk mengembangkan model bahasa alami berbasis AI yang lebih baik dan lebih canggih dari GPT-3. Meskipun saat ini GPT-3 masih uji coba.

Sejauh ini, Tiongkok telah memproduksi beberapa pesaing Chat GPT yang menjanjikan. Salah satu contohnya adalah "Wudao 2.0" yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Tiongkok, Zhuiyi Technology. Wudao 2.0 adalah model bahasa alami yang dilatih dengan lebih dari 1,75 triliun parameter, yang jauh lebih banyak daripada model Chat GPT dari OpenAI.

Selain Wudao 2.0, perusahaan-perusahaan Tiongkok seperti Tencent, Huawei, dan Baidu juga telah mengembangkan model-model Chat GPT mereka sendiri. Tencent mengembangkan model "Ji" yang dilatih dengan lebih dari 800 juta parameter, sementara Huawei mengembangkan model "GPT-H" dengan 1,3 miliar parameter. Baidu juga memiliki model "ERINE" yang dilatih dengan lebih dari 2 miliar parameter.

Perkembangan ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi China memiliki potensi besar dalam pengembangan teknologi bahasa alami dan Chat GPT, namun, seperti halnya dengan perkembangan teknologi di negara lain, perkembangan ini juga diiringi dengan keprihatinan tentang privasi data dan penggunaan teknologi yang etis. Diiiringi dengan terpilihnya Xi Jinping, (Presiden yang menjadikan riset dan teknologi sebagai falsafah bangsa), untuk 3 periode kepimpinannya, maka patut ditunggu perlombaan teknologi AI, siapa yang akan memimpin perlombaan dan berada didepan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun