Banyak hal  yang terjadi di negeri pertiwi ini, diantara salah satunya adalah ketidaksinambungan antara kebutuhan dan ketersedian BBM pada setiap daerah terpencil di wilayah indonesia.
BBM menjadi kebutuhan yang penting bagi setiap masyarakat untuk menjalani rutinitas kehidupan. Ada yang mengunakan dengan jasa transportasi umum maupun mengunakan transportasi pribadi. Tetapi masih ada saja rakyat yang kesusahan dalam memanfaatkan fasilitas tersebut. Apalagi di wilayah tertentu yang minim tersedianya BBM sehingga membuat harga BBM sangat mahal. Sedangkan dari pertamina sendiri mengakui harga-harga mahal itu diluar linenya.
Bagaimana tidak seperti itu karena permintaan semakin naik namun pengadaan masih tetap sama. karena diprioritaskan untuk wilayah yang sangat padat penduduk dan masih dalam jangkauan pengiriman yang lancar jalannya seperti di kota jakarta namun untuk wilayah yang sedikit penduduk dan daerah yang terjal untuk melakukan pengiriman seperti kota papua ini dijadikan alasan untuk harga bbm yang sangat tinggi. Apakah mungkin harus seperti itu?
Suara rakyat
Dalam kunjungannya Presiden Joko Widodo tentang rancangan untuk program 'Satu Harga Bahan Bakar Minyak' (BBM) di Papua di Yahukimo sekaligus meresmikan Bandar Udara Nop Goliat Dekai, Selasa (18/10). Mengakui bahwa ada ketidakadilan antara harga BBM di pulau Jawa dan Papua. Dituturkan bahwa harga BBM di Jawa Rp7.000 sedangkan di Wamena Papua harga BBM Rp60.000-Rp70.000 per liter. Presiden melihat juga bahwa reaksi masyarakat di Jawa dan Papua sangat berbeda, beliau mengatakan bila saja di Jawa ada kenaikan Rp.1000 masyarakyat Jawa sudah langsung bereaksi sedangkan di Papua hanya bisa diam walau harga BBM terlambung tinggi dibandingkan di Jawa.
Salah satu warga kota Dekai dalam pernyataannya mengatakan bahwa harga yang dipatok tidak menentu. Harga bensin bisa Rp6.450 per liter di APMS (Agen Penyalur Minyak dan Solar). Akan tetapi, bila stok sedang kosong di APMS, membuatnya membeli di pengeceran dengan harga yang lebih mahal, Rp15.000. bahkan pernah disaat air kering, harga menjadi tambah mahal sampai Rp50.000. Warga berharap dengan adanya kebijakan, stok di APMS akan selalu tersedia.
Namun pertamina menyatakan bila kebijakan itu diterapkan dalam jangka panjang membuat kerugian yang cukup besar. Presiden pun menerima pernyataannya itu tapi presiden tetap mencari jalan keluar dengan menteri BUMN agar harga BBM kurang lebih sama antara pulau Jawa dan Papua.
Dalam pengakuannya Wianda Pusponegoro seorang  Vice President Corporate Communication Pertamina, mengatakan memang masih banyak hal yang harus ditunjangi di wilayah papua terkait pendistribusian BBM. Beberapa masalah utama antara lain keterbatasan fasilitas penyimpanan stok BBM, ketergantungan pada armada angkutan udara reguler dalam pendistribusian BBM, serta penyebaran lembaga penyalur yang belum sampai ke tingkat Kabupaten hingga ke distrik-distrik pelosok.
Beliau menyampaikan permasalahan difasilitas suplai lokasi yang jauh untuk masuk ke Papua dari Balikpapan, dan sangat sulit karena ketahanan stok dan lokasi yang tidak ada terminal BBM-nya di Papua.