Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pelestarian Air: Sebuah Proses yang Tak Sebentar

30 April 2015   00:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:32 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
krisis air (halomalang.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="krisis air (halomalang.com)"][/caption] Diperlukan kejernihan berpikir untuk dapat menerjal degradasi fungsi air yang mengalir, yang terkadang kalah oleh cara berpikir instan tentang perusakan lingkungan. Pendistribusian perusakan lingkungan telah membuat pola hidup terancam padahal penggunaan air yang eksplosif terjadi bertahun-tahun dan tak berakhir sampai kapanpun. Hal ini disebabkan budaya tak mau repot yang sejatinya berasal dari manusia juga. Air adalah kebutuhan pokok yang harus dijaga kecukupannya, dalam jiwa yang sehat dibutuhkan aliran air untuk melengkapi siklus hidup. Air dimanapun tempatnya bisa hilang dan berlebih dari apa yang disebut siklus keseimbangan, ketika kemarau air menghilang, ketika musim hujan air justru meluap, ya. Air menjadi sumber masalah jika tidak dikelola dengan baik, kemudian menjadi bencana dan manusia menjadi subyek derita, akibat ketidakseimbangan siklus air tersebut tersebut ada penyesalan nantinya. Lestari Air Di Jakarta "Tak ada proses yang sebentar" Air yang mengalir di Jakarta mewarisi 'energi' tersembunyi yang besar, Sebagai ibukota, Jakarta memiliki garis pantai sehingga memiliki energi angin serta memiliki sungai sebagai sumber bahan baku air minum dan perkembangan biota air tawar. Bahkan kalau lebih jeli air yang mengalir disungai bisa menjadi sarana transportasi. Sayangnya Jakarta lebih banyak 'bermusuhan' dengan ekosistem sungai tersebut, baik biota maupun airnya, yang biota pada punah sedangkan air menjadi bau, sungainya mampet dan banjir, lengkap sudah. Sampah ditumpuk disungai dan sungai pun berevolusi menjadi tong sampah raksasa, hal yang jarang terjadi di negara maju. Padahal ketika dirancang sebagai 'kota' oleh Belanda, jauh-jauh hari Belanda sudah mempertimbangkan bentuk topografi Batavia karena sama-sama berada didataran rendah seperti daerah di Belanda pada umumnya. Maka Belanda yang sedari awal mengangap 'jodoh' dengan menjajah Batavia bahkan menjadikannya menjadi pusat pemerintahan. Arsitek Belanda pun jauh-jauh hari sudah menjiplak pola tata kota di Belanda mentah-mentah dengan pembangunan kota di dua sisi sungai, penyaluran parit-parit yang berjajar dan melintang khas Amsterdam. Dan tentunya pembangunan sungai - sungai panjang yang membelah ibukota dan mengalir jauh ke muara. Aliran Sungai Di Jakarta Kalau di abad-abad awal kota Batavia sungai ini bisa dilayari puluhan kapal dagang asing yang awaknya memuja kebersihan sungai ini, saat ini sebagai contoh sungai Ciliwung memiliki reputasi sebagai salah satu sungai terkotor di Indonesia. Sekitar 2,5% timbunan sampah Jakarta atau sebesar 600 m3/hari masuk kedalam Sungai Ciliwung. Apabila disebar di lapangan sepak bola (dengan tinggi timbunan sampah +20 cm) maka setiap harinya ada timbunan sampah sebanyak 7 lapangan sepak bola secara memanjang yang menyumbat Sungai Ciliwung dan memperburuk banjir di Jakarta. Ditambah lagi Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Berbagai potensi tersebut antara lain adalah banjir, tanah longsor terutama di musim penghujan. Maka derita warga Jakarta yang telah dinodai kemacetan bertambah dengan banjir. Jakarta oh Jakarta riwayatmu tak seperti cita-cita para menir Belanda Pemukiman kumuh ikut mewarnai barisan pantai utara Jakarta, ditengah kepadatan, sumber air bersih hilang, akibatnya krisis air mewarnai pemukiman yang didominasi nelayan tersebut. Perlu pemikiran yang mendalam untuk mengatasi krissi air tersebut. Banyak negara yang sudah memulai mendistilasi air laut menjadi air tawar, teknologinya memang mahal, namun tak ada artinya dengan pemenuhan hak air bersih bagi penduduk dipesisir Jakarta. Krisis air yang diwarnai kekeringan juga menjadi pelengkap ketika banjir datang. Hal ini merupakan fenomena rutin yang dihadapi di beberapa daerah dengan kerugian yang tidak kecil. Sebagai contoh banjir pada Februari 2007 di wilayah Jabodetabek selama 5 hari mencapai kerugian 8,6 trilyun atau setara dengan 48 % APBD DKI tahun 2006 dengan korban 60 orang dari 263.416 pengungsi. Konservasi Daerah hulu sungai Ciliwung menjadi anomali dari tengah sampai hilir sungai Ciliwung yang sudah terpopuler akan tak kelayakannya. Daerah hulu masih menjadi replika sungai Ciliwung masa lampau, bersih, airnya jernih serta bebas pendangkalan. Hal yang akan mengulik rasa heran kita akan perbedaan ini. Dibandingkan dengan ekosistem DAS Ciliwung sudah sangat memprihatinkan dan membutuhkan tindakan nyata berikutnya. Hasil studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia menyatakan bahwa 92 persen ikan di Ciliwung sudah punah. Sementara, lebih dari 60 persen jenis persen kerang-kerangan dan bangsa udang dan kepiting juga sudah punah. Diperlukan kepedulian yang besar untuk mengkonservasi hingga sungai Ciliwung balik ke fungsinya. Dan Ciliwung insititut pun didirikan untuk menjawab tantangan tersebut. Lembaga yang memberi perhatian yang lebih kepada sungai Ciliwung ini berusaha membangun kepercayaan tersebut, bahwa suatu saat sungai yang bersih nanti pasti akan terjadi, lembaga ini didukung oleh 18 asosiasi peduli lingkungan dan sungai Ciliwung di Jakarta. Menurut anggota Ciliwung institute, Sungai Ciliwung masih memiliki potensial dan belum terlambat untuk diselamatkan.  Tidak seperti  sungai-sungai lain di Jakarta yang tingkat pencemarannya sudah parah, air sungai Ciliwung menurutnya masih bisa digunakan sebagai bahan baku air tawar yang bisa digunakan untuk air bersih. Inisiatif warga untuk menyelamatkan proses konservasi di Ciliwung ini harus diapresiasi. Inisiatif ini perlu terus didorong agar masyarakat mau terlibat aktif menyelamatkan DAS Ciliwung. Proses yang perlu perjuangan panjang serta dana yang tak sedikit. Perubahan pola hidup yang menjadikan sungai sebagai bagian dari keluarga juga harus dikembangkan. Dan sekali lagi perlu pengorbanan. Lestari Air Oleh PT AQUA PT Aqua juga telah memulai langkahnya untuk melestarikan air. Dengan memproduksi 1 Milyar liter air pertahunnya dan menjadi perusahaan air dalam kemasan nomor satu di Indonesia. PT Aqua melaksanakan konservasi berupa edukasi, selain itu pelestarian lingkungan berupa pembuatan sumur resapan, biopori, penanaman pohon juga menjadi prioritas PT Aqua. Membina desa Ciherang, Penduduk sekitar PT Aqua, hingga mereka sudah bisa menghasilkan produk holtikultura yang ramah lingkungan dan mempuyai nilai jual. difasilitasi alat pembuat kripik buah sehingga para petani mendapatkan nilai jual lebih dari hanya sekedar menjual buahnya langsung. Sayur-sayuran yang diproduksi pun sudah dikemas seperti yang sering kita lihat di supermarket-supermarket. PT  AQUA Lestari memiliki 4 pilar meliputi yaitu Pelestarian Air dan Lingkungan, diantaranya melakukan rehabilitasi, penghijauan, pembuatan biopori dan sumur resapan. Kedua Praktek Ramah Lingkungan, yang menerapkan zero residu, minimalisasi sampah dan pengelolaan limbah, ketiga Pengelolaan dan Distribusi Produk, dengan melakukan perawatan dan perbaikan jalan, menerapkan angkutan yang efisien dan menawarkan angkutan alternative, misal pemanfaatan kereta api. Dan terakhir Pemberdayaan an Keterlibatan Masyarakat, yang memiliki program usaha mikro, pertanian organik, koperasi dan pemberdayaan pemulung. Epilog Ketika bencana banjir kita dengan tajam menyumpahi birokrat dan sistemnya walaupun unsur kesalahan mereka tak sebesar oleh punahnya kesadaran kita akan alira air yang merupakan bagian dari kehidupan, Aliran air bagaimanapun harus dijaga kebersihannya jangan biarkan sampah yang menumpuk dan pedangkalan terjadi, dan banjirpun tak menjadi tamu tahunan. Atau jika kita enggan kita harus mau untuk menerima bencana buah karya kita....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun