Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Drama atau Karma, Fergie?

15 Mei 2012   14:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:15 1409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_188463" align="aligncenter" width="620" caption="Sir Alex Ferguson (PAUL ELLIS / AFP)"][/caption] Sir Alex Ferguson, sosok hebat dibalik terangnya prestasi Manchester United. 26 tahun karirnya, prestasinya? Seluruh jari tangan anda tak mampu menghitung berapa banyak titel yang dipersembahkan untuk United. Sosok Fergie terkenal akan kemampuannya untuk melakukan "Psy War" dan "Mind Game" untuk mempengaruhi Psikologi lawan dan anak asuhnya. Sudah banyak beberapa tim yang merasakan hal tersebut. Dari Arsenal, Chelsea, Bayer Munich, Juventus dan banyak lagi yang merasakan kekalahan bukan hanya didetik terakhir tapi juga kehilangan gelar. Sampai suatu masa, Fergie merasakan kekuatan "mind game"nya menyerang balik dirinya. Usai meraih terble winners dengan drama gol-gol di injury time melawan Bayern Munich di final liga champion, Fergie membuat ancang-ancang untuk mempertahankan titel juara liga championnya dengan melakukan eksperimen "dahsyat", "walk out" dari turnamen FA cup, turnamen yang sangat dihormati di Inggris raya. Saat itu Sir Alex Ferguson menganggap bahwa timnya memerlukan waktu yang cukup banyak untuk rileks agar menjuarai liga champion kembali. Tapi kenyataan yang terjadi tak seperti harapan. Di liga Champion Manchester United harus takluk dari juara saat itu ,Real Madrid. Di liga Inggris walau MU memenangi titel namun mereka menemui sandungan baru yaitu "France Connection" ala Arsene Wenger. Waktu berganti hingga MU sempat beberapa kali juara dan bertemu lagi dengan masa gemilang France connection the "invisible team" Arsenal. Juara tanpa terkalahkan dalam semusim Arsenal mengusik hati kecil Sir Alex Ferguson, hingga ia tak fokus pada tim kaya baru saat itu, Chelsea dengan Jose Mourinhonya. Ia hanya menyiapkan anak asuhnya untuk menghadapi laga ke 10 melawan Arsenal tepat dengan pertandingan ke 50 tak terkalahkan Arsenal. Di Old Trafford, MU mempecundangi gladiator Arsenal. Arsenal menyerah 2-0 lewat penalti kontroversi Nisterlooy dan si anak baru Wayne Rooney. Setelah itu Manchester United terlalu jumawa karena menodai rekor Arsenal hingga melupakan Chelsea. Diabaikan, Chelsea justru terus melaju dengan konsistensi dan meraih juara di lima pekan sebelum liga Inggris usai. Dimusim ini Manchester United hanya kebagian piala FA. Usai nir gelar dimusim 2004/2005, Sir Alex Ferguson mulai fokus untuk memenangi turnamen "kecil" seperti Carling Cup yang dulu begitu tak dianggap oleh Sir Alex Ferguson. Dimusim 2005/2006, MU mulai merasakan gelar, dimulai dari turnamen sekelas piala Carling. Walau hanya merasakan piala Carling, MU bersiap untuk menaklukkan Premier League kembali, usai back to back Chelsea menjuarai premier league. Manchester United pun meraih gelar premier league dengan mengalahkan Chelsea di posisi ke dua. Ditambah kematangan Cristiano Ronaldo, MU merengkuh gelar liga Champion. Titel juara dunia antar klub dan juga rekor clean sheet di premier league membuat MU favorit untuk mempertahankan gelar liga champion di musim 2009, disinilah masa puncak United. MU justru terjungkal di final melawan skuad muda nan mini Pep Guardiola, Barcelona. Tiki taka yang mengantar Spanyol juara Eropa 2008, juga ikut menaklukkan dinasti Manchester United. Fergie tak berdaya melawan passing brilian dan sklill individu pemain Barcelona. Gol Samuel Eto'o dan sundulan Lionel Messi mampu menembus menara kembar Rio Ferdinand, Nemanja Vidic dan membuat rekor clean sheet Edwin Van der sar jadi tak berarti apa-apa. Hal yang membuat Fergie penasaran dengan tiki taka Barcelona. Usai Chelsea dengan Ancelotti merajai premier league. MU ganti menguasai premier league dan Eropa. Tapi sebelum menaklukkan Eropa, Fergie tersandung kembali oleh tiki taka Barcelona. Di Inggris, tepatnya final Wembley, operan-operan para pemain pemenang piala dunia (Spanyol) masih luar biasa. Dan Fergie dibuat terpukau, mengagumi serta berniat untuk kembali mengalahkan tiki taka Barcelona bersama Pep Guardiola di final liga Champion lain waktu, tapi waktu menjawab beda. Kini Pep Guardiola sudah tak bersama Barcelona, walaupun ada kemungkinan balik tapi masih dalam ketidakpastian. Hingga Fergie menggantung mimpi bertemu Barcelona dengan Pep Guardiolanya. Manchester, Red Or Blue? Sejak lahir klub kaya baru di Manchester, Manchester City. Fergie cendrung mengabaikan dan melontarkan kata-kata yang meremehkan kekuatan uang Etihad. Walaupun sejatinya prestasi tak dapat dibeli tapi apa yang dilakukan Man.City dalam dua tahun belakangan mematahkan metodologi tersebut. Satu piala Fa dan Kemenangan dramatis Man. City atas Queen Park Rangers merebut titel premier league dari tangan Man.United. Boleh jadi keberhasilan "mind game" ala Mancini yang selalu menyatakan bahwa MU favorit juara musim ini adalah kuncinya. Pernyataan yang selalu diulang setiap wawancara digunakan untuk menghilangkan beban para pemain Man.City dan membuat Fergie yang sudah kepalang tanggung jumawa atas keunggulan 8 poin. Fergie tak menyadari ada sisi yang menyebabkan mereka akhirnya stagnan, tak mampu menjaga keunggulan dan tersisih secara menyakitkan yaitu diri sendiri. Ya, Man. United kalah oleh kekuatan mereka sendiri. Kalah melawan Wigan, seri melawan Everton dan kalah dari Man.City menjadi hal yang tak biasa terjadi oleh Fergie. Konsistensi hilang dan melenyapkan semua asa. Kekalahan dua kali dengan Man.City, serta kehilangan titel liga primer Inggris tidak membuat fergie menganggap Man.City akan merajai kompetisi teratas berikutnya. "Butuh seratus tahun untuk Man.City menyamai Man.United" kata fergie menjadi hal yang tetap diyakininya. Sama ketika di tahun 2009, Fergie juga membuat pernyataan sensasional ketika ditanya apakah akan tiba masa dimana Man.City menguasai Manchester, "Tidak sepanjang hidup saya", jawab Fergie yang dilansir soccer.net Pernyataan yang menjadi karma bagi Fergie saat sekarang. Lantas bagaimana jika Man.City menjuarai Eropa tahun depan, masih menggangap mereka hanya sekedar "brisik" Sir Alex Ferguson??? Offshore North West Java, 15 mei 2012 Twitter: @haendy_busman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun