Ngoro merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Mojokerto. Saat ini di Kecamatan Ngoro telah didirikan Ngoro Industrial Park (NIP) yang berada di kawasan antara Mojosari dan Watukosek. Industri yang didirikan di NIP ini sangat beragam, mulai dari industri sepatu sampai industri baja.
Dalam perkembangannya kawasan indusrti ini menimbulkan dampak positif dan negatif bagi warga sekitar. Menurut keterangan dari mereka yang sempat kami temui dan tanyai perihal keadaan tempat tinggal mereka seperti Ibu Endang dan Bapak Kasnoto, keduanya mengungkapkan keluh kesahmengenai dampak yang ditimbulkan akibat keberadaan industrial di daerah mereka. Mereka merasakan adanya dampak positive dan negative dari adanya NIP tersebut . Keterangan yang kami dapatkan berkenaan dengan dampak positif yang diterima adalah mulai berkembangnya perekonomian warga sekitar yang dulunya hanya bekerja sebagai petani serabutan di sawah dan ladang, sekarang sudah maju dengan banyaknya peluang bekerja di industri ataupun perusahaan dan memperoleh gaji yang pasti. Selain itu, juga banyak tempat usaha yang dibangun di sepanjang jalan menuju Ngoro Industrial Park,seperti warung, tempat kost dan bengkel, hal ini menambah lapangan pekerjaan bagi warga Ngoro dan mengurangi pengangguran disana.
Namun selain dampak positive tersebut, ada juga dampak negative yang muncul seiring berjalannya pembangunan NIP di kawasan tersebut. Diantaranya adalah air yang mulai mengalami perubahan warna sejak dibangunnya kawasan industri yang diindikasikan telah terkontaminasi oleh limbah, hal ini meresahkan warga apalagi air itu merupakan sumber kehidupan sehari-hari bagi warga Ngoro. Selain masalah air ada juga masalah bau limbah yang menyengat dan sangat mengganggu pernapasan, bau yang tercium hampir di tiap siang hari dan berbau seperti kotoran manusia. Menurut keterangan dari bapak Kasnoto, bau tersebut berasal dari pabrik elpiji di sekitar daerah itu. Walaupun banyak lowongan kerja yang di buka dan menerima karyawan baru, tapi kesempatan itu tidak terbuka lebar bagi warga Ngoro itu sendiri sebab pihak perusahaan banyak menerima pegawai atau karyawan yang berasal dari luar kota dan lebih berpengalaman serta berpendidikan tinggi. Mereka memberi kesempatan bagi warga Ngoro ketika pembukaan lowongan kerja hampir di tutup dan itupun harus membawa surat keterangan dari lurah setempat. Bapak Kasnoto sendiri merasakan dampaknya, anak laki-lakinya sudah berulang kali melamar pekerjaan disana, namun tidak dipanggil juga dan justru dia diterima di perusahaan yang tidak berada di kawasan Ngoro. Masalah itulah yang diresahkan warga Ngoro selama ini karena walaupun banyak perusahaan yang menerima pegawai baru, mereka tetap tidak banyak menerima keuntungkan dari adanya industri tersebut.
Kami pun prihatin dengan kondisi warga di Ngoro, lalu kami memberi masukan berupa saran agar warga disana senantiasa tidak hanya mengandalkan kesempatan kerja dari industri tersebut, tapi juga mencoba usaha yang lain ataupun melamar pekerjaan di perusahaan di daerah luar Ngoro. Selain itu penduduk sekitar dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dengan membuka usaha warung makan, kos-kos untuk pegawai, berjualan kebutuhan pokok, dan lain-lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H