Mohon tunggu...
haechan nahceah
haechan nahceah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi menonton drama korea

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Politik Islam Al-Farabi

5 Juli 2024   08:22 Diperbarui: 5 Juli 2024   08:23 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam menawarkan  kehidupan praktis yang selaras dengan bimbingan spiritual. Dalam sejarah Islam, sejak zaman Nabi Muhammad hingga Kesultanan Utsmaniyah, politik selalu dikaitkan dengan ajaran agama. Namun, belum ada penjelasan konkrit mengenai landasan kebijakan berbasis Islam tersebut. Para pemikir islam seperti Al-Ghazali lebih foku ds pada persoalan moral dibandingkan dengan aturan nabi. Cendekiawan Muslim mencari cara  untuk mengatasi ketidakstabilan politik dan kebangkitan intelektual yang sulit. Kajian menyeluruh dimulai oleh al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Khaldun, yang mempengaruhi para pemikir kemudian.

Pemikiran politik dan etika Al-Farabi dipengaruhi oleh filosofi etika al-Razi dan al-Kindi. Seiring dengan kemajuan pembangunan, para pemikir Islam meletakkan landasan politik bagi kehidupan masyarakat. Politik Islam menjadi topik pembahasan yang penting dan menarik. Kajian politik Islam ini memberikan pengenalan secara detail terhadap pemikiran politik klasik yang diungkapkan oleh al-Farabi dan Ibnu Khaldun.  Al-Farabi dikenal dengan konsep ibu kota Madinal Fadhilah, mirip dengan konsep negara kota Plato namun disesuaikan dengan ajaran  Islam.

Beliau menekankan pentingnya agama dalam mempersatukan masyarakat dan mengatakan bahwa penguasa absolut harus mempunyai tujuan yang  sama dengan para rasul. Al-Farabi juga menekankan perlunya pemimpin yang mendekati kemampuan  Nabi dalam memimpin dengan bijaksana. Lebih lanjut ia menegaskan, bangsa yang ideal adalah bangsa yang mempunyai kesamaan kepentingan dan tujuan untuk mencapai kebaikan. Ibnu Khaldun juga mempunyai pandangan yang mencerminkan kondisi sosial masyarakat nasional dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pemikiran sosial dan politik.

Meski pandangannya berbeda dengan gurunya seperti Ali Abd al-Raziq, ia tetap memberikan kontribusi  signifikan bagi perkembangan pemikiran politik Islam. Memahami pemikiran politik Islam klasik sangat penting karena memberikan landasan yang kuat untuk memahami sistem politik modern. Al-Farabi dan Ibnu Khaldun merupakan dua tokoh yang berjasa besar terhadap perkembangan pemikiran politik Islam dan mempengaruhi generasi berikutnya. Dengan memahami cara berpikir mereka, kita bisa lebih memahami kompleksitas politik Islam dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat.

Al-Farabi percaya pada penciptaan alam melalui emanasi ilahi atau emanasi oleh satu kekuatan rasional abadi yang saya percayai Sebuah alasan murni muncul. Proses emanasi ini berhenti pada roh kesepuluh yang disebut Roh Faal, dimana kekuatan roh tersebut melemah dan berhenti memancar. Dari roh kesepuluh ini muncullah materi seperti air, api, udara, tanah, dan  berbagai unsur lainnya. Pemikiran politik Al-Farabi mirip dengan konsep negara ideal Plato. Menurutnya, negara-negara besar harus dipimpin oleh orang-orang yang bermoral dan cerdas. Negara ini harus menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyatnya melalui kerja sama dan persatuan antar individu. Pemikiran Al-Farabi sangat dipengaruhi oleh para filsuf Barat khususnya Aristoteles dan Plato.

Ia mengadopsi konsep  teori emanasi Aristoteles, yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan sesuatu dari materi yang sudah ada sebelumnya melalui emanasi. Al-Farabi juga memadukan Neoplatonisme dan Plotinus dengan ajaran Islam, menjadikannya seorang filsuf yang mampu menjembatani  dunia Timur dan Barat. Al-Farabi memandang politik sebagai etika dan kemandirian yang berkaitan dengan kesejahteraan dan kesejahteraan manusia. Ia menjelaskan, masyarakat muncul dari kesatuan individu-individu yang saling membutuhkan. Politik harus dipimpin oleh orang yang berakhlak mulia dan berakal budi agar tercipta kebahagiaan dan kesejahteraan rakyat.

Al-Farabi lahir di Wasiji, Persia, sekitar tahun 870 M dan meninggal di Damaskus pada tahun 950 M. Ia memiliki keahlian di banyak bidang keilmuan dan memiliki pandangan filsafat yang holistik dan komprehensif. Ia dianggap sebagai filosof Islam terbesar yang mampu membangun jembatan antara  Timur dan Barat melalui al-Farsafa al-Tawfiqiyah. Dalam sintesis ini, al-Farabi menunjukkan bagaimana ia mengintegrasikan berbagai kontribusi filsafat Islam dan Yunani untuk menghasilkan alur pemikiran yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Pemikiran Al-Farabi sangat mempengaruhi perkembangan filsafat Islam dan kelanjutannya yang memadukan tradisi Timur dan Barat.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun