Â
Cerpen: Propoganda 20 Feb.
Keramaian ricuh di depan pagar Istana Merdeka, mengajukan 20 tuntutan suara rakyat, salah satu dari pasal itu adalah:
"lepaskan tanah Mangkurat dari campur tangan pemerintah Republik"
Seperti halnya yang pernah dikatakan Nabi atau yang sebagaimana dikatakannya.
". . . apabila salah satu tubuh sakit, maka bagian tubuh lainnya juga akan merasa sakit"
Seluruh negri merasakan hal yang sama, mereka kesal dengan keputusan pemerintah Republik yang menggalakkan pertambangan batubara, selain menghancurkan pegunungan terutama Meratus. Kebun sawit lebih berbahaya lagi.
Petani di dekat perkebunan mengalami gagal panen jutaan hektar dan rakyat kelaparan. Mereka mengadu ada pemerintah provinsi, gubernur ikut turun tangan, bergabung dengan rakyat, bersatu. Tiada satupun satuan militer yang menahan mereka, seluruh negri ikut bergabung, demi merontokkan 'penyakit' dalam tubuh mereka.
Kreeek.
Pintu besi Istana Merdeka terbuka pelan, seluruh kerumunan segera membisu, seseorang keluar dengan bandana merah putih terikat di dahinya, wajahnya tertunduk. Kerumunan menatap jeri, mungkin hasilnya tidak memuaskan. Orang itu mengangkat wajah, bersamaan dengan sebuah map coklat bertulis.
                                           "BEBAS"