Mohon tunggu...
Muhammad Hadziq Averroes
Muhammad Hadziq Averroes Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SMPIT/Pondok Pesantren Insan Madani Banjarmasin

Tertarik menulis ketika berumur 9 tahun dan terus belajar menulis lebih baik. Pada usia 11 tahun menerbitkan sebuah novel sederhana "Play Armada".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Propoganda 20 Februari

1 Juli 2024   20:07 Diperbarui: 1 Juli 2024   20:45 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

   Cerpen: Propoganda 20 Feb.

Keramaian ricuh di depan pagar Istana Merdeka, mengajukan 20 tuntutan suara rakyat, salah satu dari pasal itu adalah:

"lepaskan tanah Mangkurat dari campur tangan pemerintah Republik"

Seperti halnya yang pernah dikatakan Nabi atau yang sebagaimana dikatakannya.

". . . apabila salah satu tubuh sakit, maka bagian tubuh lainnya juga akan merasa sakit"

Seluruh negri merasakan hal yang sama, mereka kesal dengan keputusan pemerintah Republik yang menggalakkan pertambangan batubara, selain menghancurkan pegunungan terutama Meratus. Kebun sawit lebih berbahaya lagi.


Petani di dekat perkebunan mengalami gagal panen jutaan hektar dan rakyat kelaparan. Mereka mengadu ada pemerintah provinsi, gubernur ikut turun tangan, bergabung dengan rakyat, bersatu. Tiada satupun satuan militer yang menahan mereka, seluruh negri ikut bergabung, demi merontokkan 'penyakit' dalam tubuh mereka.

Kreeek.

Pintu besi Istana Merdeka terbuka pelan, seluruh kerumunan segera membisu, seseorang keluar dengan bandana merah putih terikat di dahinya, wajahnya tertunduk. Kerumunan menatap jeri, mungkin hasilnya tidak memuaskan. Orang itu mengangkat wajah, bersamaan dengan sebuah map coklat bertulis.

                                                                                      "BEBAS"

"MERDEKA"pekiknya, diikuti seluruh kerumunan, menciptakan gema kebebasan di seluruh negri. Tanah Mangkurat, Tanah Meratus, mesti di jaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun