"bunuh Kor"pekik lawannya. "ha ha ha aku sudah tahu isi wasiat, itu. Aku kalah Kor" " hening lagi, kecuali bunyi pukulan-pukulan. "kukira kau bisa diajak bekerja sama karena kaupengguna Mittikal, ternyata tidak. Selelsaikan saja misi wasiat ini" pintanya, napas yang terengah seperti sudah menyerah. "tidak" jawab Kor tegas. "kenapa?"sia pria mulai berdiri menjauhkan mocong sang legenda dari lawannya. "daripada mengisi kegagalan, lebih baik meratapi kemenangan"
"orang terdekat, bukanlah orang yang selalu benar. Ayahku memintan membalaskan dengan darah, seolah itu dendam. Kurasa itu tak ada artinya saja. Pergilah!" Kor berdiri tegap, mantan kolega terdiam. "kematian bukanlah permintaan" lanjutk Kor, akhinya bergeraklah si orang berbaju merah itu bersama banyak penyusup siuman. Mereka pergi keluar setelah ketua mereka menjelaskan singkat, memberi titah, yang masih pingsan di papah. Luka-luka ditutup dengan cepat, tidak ada korban jiwa. Semua keluar menyisakanrumah yang berantakan, dan tatap tidak percaya dari Erlan dan Addes. Kor kembali ke kamar.
Besok, semuanya dibersihkan, menghilangkan segala sisa-sisa pertarungan. Mereka bertiga berjalan-jalan ditaman umum dikala hari mulai senja. "sudah selesai wasiatnya Kor?" Tanya Erlan tersenyum. "ya, selesai" hening sedikit, mereka bertiga adalah darah terakhir yang memiliki kekuatan senjata termutakhir. "seseorang bisa menjadi lebih baik ketika diberi kesempatan sekali lagi. Dan. Kematian cukup sekali"
                                GOLDEN REVOLVER EPS 4
                                   MENANDAI AKHIR.
    Â
                                        TAMAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H