GOLDEN REVOLVER.
Merupakan senjata jarak jauh yang menjadi legenda, karena terbuat dari emas asli 24 karat. Berdaya tembak luar biasa bak meriam, dan telah di incar lebih dari ratusan tahun tanpa henti, tidak ada yang tahu siapa pembuatnya, tapi pastilah sangat hebat. Perhatian dunia jatuh pada senjata ini ketika pertama kali masuk surat kabar golongan pertama di dunia di penembakan massal sebuah peternakan. Tetapi keasliannya diragukan dan disembunyikan dunia, padahal nyata adanya, hanya sedikit berbeda…...
21.38. Estimasi 12 menit.
Dari sebuah CCTV di sudut pasar gelap. Di depan toko emas penyeludupan terbesar sepasar gelap, orang itu mengangkat senjata legenda di tangannya, mengarah lurus pada pegawainya yang tertekuk di lantai pengap, dua rekannya terkapar dengan darah membuncah di dahi mereka dari satu peluru yang sama. Teriakan-teriakan busuk terlempar, omong kosong tak berguna dan bentakan, berbekal Golden Revolver di tangannya mensenyapkan keadaan, hingga menyisakan udara dingin dari ventilasi. Dia membentak lagi dengan ancaman serapahnya, dia seorang perampok amatir, dan perampok amatir cukup untuk menarik pelatuk dengan mudah. Dengan jengkel, moncong pistol semakin lurus pada dahi pegawai terakhir sebelum dia sendiri bertindak.
Tek, suara sepatu kets.
Perampok amatir berbalik dengan gugup tak lepas lengannya mengarah.
Duk, sebuah tendangan.
Dia memegangi pergelengan tangannya, rasa sakit keras menyelubungi tubuh, beberapa saraf sekaligus terjepit oleh pergelanngan tangan yang bergeser. Kilatan-kilatan pantulan dari badan revolver ditimpa cahaya temaram lampu 10watt, benda itu berputar di udara belum di tangkap. Akhirnya jatuh di tangan orang ketiga, dia berjubah hitam legam hampir seperti bayangan, lalu wajahnya di tutupi lempengan emas yang membentuk wajah, pada sudut dahi kirinya tercetak timbul ‘Kor’. Sikapnya tenang ketika menerima Golden Revolver dengan tangan kanan terangkat juga bersarung tangan hitam.
“ikuti kalimat ku atau semua tamat” ancamnya dengan sangat tenang, pedagang dan pembeli pasar gelap yang sudah berkerumun, menyaksikn dengan bibir tergiggit, hati menebak-nebak dan mata terbelalak. Suasan tenang lebih tenang dari sebelumnya, seolah-olah semua berhenti untuk sejenak.
“brengsek” pekik perampok amatir, lalu menerjang. Sebuah pukulan melesat. Tapi mudah di tepis, tubuhnya terhuyung maju dan ‘Kor’ memukul tulang lawannya dengan siku. Keras, menggumpalkan darah di tenggorok. Berbalik bersama lambaian kaki menyepak belakang kepala, kembali berdarah. Perampok amatir terkapar lalu mati. Orang kedua maju setelah mencabut sebilah belati, tusuk ke arah perut. Di hindari, dengan tarian kaki oleh orang bertopeng itu, menyepak lalu mengalungkan lengan ke leher dan sebuah gerakan membanting menghancurkan tulang tengkorak. Orang kedua terkapar tidak jauh dari kaki Kor. “jangan ada yang melawan, aku tidak berurusan dengan kalian para tikus got yang bau. Tidak berani muncul di kehidupan umum dan memilih menjadi orang bau”.