Definisi politik dan Komunikasi Politik untuk membahas Pilkada serentak 2017 dan Pilkada DKI 2017 mengacu pada pengertian “Politics is politics” dan “Campaign is campaign” karena tentu tiga calon gubernur di Pilkada DKI 2017 yaitu Ahok, Anies dan Agus akan saling mengintip kekuatan dan kelemahan lawan dalam mendulang suara. Setiap langkah komunikasi akan menjadi point penting bagi calon-calon gubernur untuk masuk ke langkah jitu untuk menaklukkan hati para konstituen melalui intipan kepada kelemahan dari sang petahana.
Untuk itu tentu menjadi pertanyaan untuk cagub dan team suksesnya seberapa efektifkah komunikasi politik yang akan disampaikan kepada para pemilih melalui dentuman dan serangan kepada kelemahan masing-masing cagub. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dentuman dan serangan kepada kelemahan masing-masing cagub akan dapat menghasilkan suara dukungan dari pemilih sebanyak tujuh juta pada tanggal 15 Februari 2017?
Faktor utama adalah melihat keefektifan komunikasi politik dengan melihat tipe-tipe pemilih dan demografis sebagai target utama komunikasi dan bisa membaca tren komunikasi politik dengan menekankan inti komunikasi berupa tag line kecil dapat menjadi top of mind di pikiran para pemilih ketika mereka ada di bilik pencoblosan tanggal 15 Februari 2017.
Tingkat Elektabilitas dari Lembaga Survey
Menarik mencermati hasil survey dari dua lembaga Survey yaitu LSI Denny JA dengan Populi Center atas elektabilitas tiga pasangan bakal calon gubernur DKI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober 2016. LSI Denny JA menggelar survei dari tanggal 28 September sampai 2 Oktober 2016 dengan mengambil jumlah sampel sebesar 440 responden dengan margin error +/- 4,8 persen. Sedangkan Populi Center menggelar survei mulai tanggal 25 September sampai 1 Oktober 2016 dengan jumlah sampel 600 responden dan margin error +/- 4 persen. Pada saat kedua lembaga melaksanakan survei maka formasi koalisi partai dan sud tiga pasangan cagub sudah ada.
Menurut survei LSI Denny JA elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat adalah sebesar 31,4 persen. Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 21, 1 persen. Pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni sebesar 19,3 persen. Terdapat undecided voter yaitu pemilih yang belum memutuskan pilihannya sebesar 28,2 %.
Sedangkan Populi Center mengeluarkan hasil survei yang berbeda dari LSI terkait elektabilitas tiga pasangan. Hasil survei Populi Cente menetapkan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat sebesar 45,5 persen. Elektabilitas Anies Baswedan - Sandiaga Uno sebesar 35,5 persen. Dan elektibilitas Agus Harimurti – Sylviana sebesa 15,8 persen. Sedangkan jumlah pemilih yang belum memutuskan 15,2 persen.
Data perbedaan yang paling mencolok antara dua lembaga survey adalah antara elektabilitas Ahok-Djarot dengan elektabilitas Anies-Sandiaga yang berselisih sangat besar sebesar 14,1 persen. Jadi pertanyaannya yang muncul adalah mengapa hasil kedua lembaga survey bisa berbeda jauh? Penyebab perbedaan atas hasil survei yang menjadi fatal adalah faktor pesanan (order) karena secara jelas pasti survei biasanya dibuat sesuai adanya permintaan untuk kepentingan tertentu. Namun perlu dicermati banyak hasil survei dengan data berbeda-beda yang menghasilkan data berbeda. Namun perbedaan data lembaga-lembaga survei itu dirasakan kurang tepat jika mau diperbandingkan karena ada beberapa aspek yang tidak relevan.
Namun PDIP menyatakan melalui Sekjennya Hasto Kristiyanto bahwa PDIP tidak terlalu merisaukan hasil elektabilitas dari berbagai lembaga survey yang diperkirakan turun karena gaya komunikasi Ahok yang selalu apa adanya. Malahan PDIP memuji sikap Ahok yang mau menjadi pemimpin yang berani tampil adanya. Hasto menjelaskan sikap PDIP di sela-sela ziarah di makam Presiden pertama Soekarno di Kota Blitarpada hari Senin 10 Oktober 2016.
Tiga Tipe Pemilih DKI
Cara-cara komunikasi politik yang dimaksud tentunya tidak perlu sampai menciptakan suatu suasana saling memancing suatu perdebatan yang semu dan tidak ada esensi nya dalam mempertunjukkan suatu pesta demokrasi. Menurut Ubedilah Direktur Pusat Studi Sosial Politik (Puspol) Indonesia dalam riset Puspol total pemilih di DKI sebesar tujuh juta ternyata mempunyai tiga tipe pemilih.