Namun pada tanggal 25 September 2016 beredar meme cagub DKI di Pilkada  di sosial media yang menggambarkan primordialisme yang bisa mengacu kepada SARA dengan kata ARWANA – Arab, Jawa dan Cina. Beberapa anggota sosial media mengatakan ini sudah mulai kampanye SARA. Sebagian mengatakan oke dengan membela masing-masing kandidatnya. Juga beberapa artikel mengenai SARA sudah muncul.
Meme ARWANA Â ingin mengingat kembali kepada sejarah para pemuda Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon dan lainnya mau bersatu padu mengucapkan ikrar bersama atas Sumpah Pemuda 1928 tanpa mengingat asal-asal suku. Ketika mau Proklamasi 17 Agustus 1945 isu daerah dan suku kembali muncul namun secara sadar para Bapak Bangsa-The Founding Fathers mau melupakan perbedaan dan bersatu padu berjuang. Dalam perjalanan sejarah isu primordialisme melalui SARA beberapa kali muncul di Orde Lama namun sangatlah kental dipakai di orde baru untuk mencapai tujuan politik.
Isu Primordialisme dengan mengangkat SARA dapat dihilangkan secara perlahan dengan mengangkat kembali ajaran Demokrasi Pancasila melalui pemahaman dan pengimplementasi Bhinneka Tunggal Ika yaitu Berbeda-beda tetapi tetap Satu.  Secara sejarah  Mohammad  Yamin telah meresapi arti kata ini dapat menjadi pengikat bangsa yang beragam-ragam sehingga dia yang pertama kali mengusulkan kepada peserta rapat BPUPKI agar semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat diadopsi menjadi semboyan Negara. Usul Mohammad Yamin diterima oleh Soekarno dan kalimat Bhinneka Tunggal Ika diletakkan di kaki Burung Garuda.  Burung Garuda  pada saat rapat BPUPKI  juga ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia.
Pilkada Serentak 2017, Pileg 2019 dan Pilpers 2019
Parpol melalui cagub-cawagub, cabup-wacabup dan walkot-cawalkot yang mengusung isu SARA dalam masa kampanye sangatlah jauh dari aspirasi ide-ide nilai kebangsaan sesuai ajaran Pohon Sukun  Pancasila yang masih tetap tumbuh di tepi pantai Flores. Saatnya para parpol dan para calon gubernur, bupati dan walikota siap mengamalkan  Pancasila, UUD1945 dan BHINNNEKA TUNGGAL IKA dengan tetap mengatakan Berbeda-beda antara mayoritas dan minoritas namun tetap satu. Sikap sportif dalam mempengaruhi para konstittuen sangatlah diharapkan dengan memberikan program-program yang mencerdaskan bangsa.
Selamat memilih Gubernur & wakil Gubernur terbaik di Pilkada DKI 2017.  Selamat kepada tiga pasangan cagub & cawagub di Pilkada DKI 2017 yang telah dipilih oleh parpol. Pemilih pasti sekarang sudah bisa menentukan cagub & cawagub TERBAIK di Pilkada DKI 2017. Para pemilih  akan menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kesiapan memilih calon dengan  hati nurani yang bersih melalui-metode "Memilih yang terbaik dari baik dan lebih baik - Choose THE BEST from the good and the better" utk PILKADA DKI 2017.
Selamat juga  untuk para konstituen di Pilkada serentak 2017 di seluruh provinsi, kabupaten & kotamadya utk memilih Gubernur, Bupati & walikota yang berpihak kepada rakyat terutama rakyat kecil dan yang mempunyai program kerja yg sangat jelas dapat memberikan kesejahteraan rakyat sesuai aspirasi the Bapak Bangsa -Founding Fathers NKRI. Para pemilihlah yang menenttukan arah kehidupan bangsa dan negara melalui piliha dengan hati nurani yang bersih dengan metode Pilihan  MINUS MALLUM yaitu memilih yang terbaik dari yang terjelek -THE BEST FROM THE WORST.
Pilkada DKI 2017 akan memberikan gambaran Pilpres 2019 sekaligus Pileg 2019 dengan melaksanakan Demokrasi Pancasila. Pohon Sukun Pancasila yang sampai sekarang masih hidup di tempatnya mau memberi keteduhan bagi semua makluk yang ada dibawahnya sehingga Pohon Sukun Pancasila  tetap mau bersuara lantang kepada para parpol dan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Wakil Bupati dan Calon Walikota dan Wakil Walikota  di Pilkada 2017, juga kepada kandidat legislatif di Pileg 2019 dan kandidat Capres dan Cawapres di Pilpres 2019 dan terutama para Konstituen agar mau menjauhi provokasi-provokasi Primordialisme  dengan isu SARA dalam masa-masa kampanye  politik yang tidak sesuai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang  dirumuskan dan dilahirkan dalam Lima Sila oleh Soekarno dan diperlihatkan di kaki Burung Garuda dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika – Berbeda-beda tetapi tetap satu sebagai bukti bagi segenap bangsa untuk mau menjalankan Demokrasi Pancasila.
Oleh: G Chanfarry H BCM
DMI Deklarasi Masyarakat Independen
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H