Lebaran adalah waktu yang sangat ditunggu oleh setiap kalangan. Dalam hal ini orang yang beragama islam. bahkan jauh sebelum itu pasar dan pusat perbelajaan lainnya ramai oleh pembeli yang ingin merayakan lebaran. baik itu membeli bahan-bahan untuk pembuatan kue lebaran, maupun pakaian baru untuk sanak saudara mereka. tradisi ini adalah tahunan terjadi di Indonesia. ada juga yang melakukan perjalanan Mudik ke kampung halaman meski jauh sekalipun. Teman-teman sekalian yang baik hatinya, kisah yang satu ini tidak jauh-jauh dari lebaran. dari anak yang bernama Muhammad Al-farizi. Terlihat raut muka kesal khas anak kecil di wajahnya saat pemerintah memutuskan bahwa Idul Fitri dilaksanakan lusa. Keputusan itu tampaknya belum membuat anak kecil itu yakin. kepada ibunya, ia meminta agar menelepon keluarga besarnya di seberang desa, bahkan Pamannya yang sedang kuliah di Bandung. tapi hasilnya nihil, kabar yang ia dapat serupa dengan apa yang ia dengar di Televisi malam itu. terlihat kecewaan dalam dirinya, anak kecil berumur 12 tahun. Tak sabar kelihatannya. Ingin cepat-cepat dipertemukan dengan hari kemenangan itu. hari yang sangat membahagiakan saat berkumpul dengan keluarga. Hal yang lebih menyenangkan lagi bagi anak seusianya ialah mendapatkan "salam tempel"  alias Tunjangan Hari Raya (THR). sangking tak sabarnya, ia seharian tidur di kamar berharap waktu cepat berlalu. namun, usahanya sia-sia. tetap saja ia terus terbangun, entak kenapa, mungkin karena  kegelisahan. Sedikit melenceng dari lebaran. seminggu sebelum dipertemukan dengan bulan Ramadhan, anak ini dirawat rumah sakit. sempat mengalami koma. tak mampu bicara. berkali-kali dilakukan cuci darah. panasnya tinggi dan mukanya pucat. Namun sayup-sayup ia masih bisa mendengar orang berbicara. ia tahu jika disampingnya, selalu ada sang ibu yang menemaninya. tak henti-hentinya sang ibu membisikkan. "sembuhlah nak...sembuhlah nak.....!" dengan air mata menetes. sebenarnya sang ibu tak sanggup melihat anknya itu terbaring sakit dengan keadaan seperti itu. namun, apa daya, ia harus selalu di sana. karena jika sesuatu terjadi, ia mungkin tak dapat bertemu lagi dengan anak satu-satunya itu. Alhamdulillah, dengan kekuasaan Allah dan Rahman-Nya anak ini bisa sehat sediakala. juga usaha keluarga yang begitu besar untuk kesehatannya. meski harus membayar mahal, hutang sana sini, tapi mereka tetap bersyukur Al-Farizi bisa sembuh kembali. senyum anak itu kembali ceria pasca perawatan itu. masih sangat ingat ia saat berada di rumah sakit kala itu. ada ibu yang selalu di sampingnya, sesekali saudara-saudaranya memberikan support kepadanya agar lekas sembuh. kembali lagi ke lebaran kawan-kawan. akhirnya ia mendengar takbiran malam itu. "Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar.... Allahuakbar wa Lillahilhamd..." senangnya bukan main, ia gembira ria menyambutnya. membakar petasan yang semenja kemarin sudah dibelinya. serta "menghidupkan" kembang api dan menerbangkannya ke angkasa. di raut wajahnya terlihat keceriaan yang sangat besar. besoknya ia mondar-mandir ke rumah sanak-saudara. sungkeman dan sangat berharap ada uluran tangan berisi amplop yang banyak dari mereka. "hehe..." ia tertawa ketika ada yang mulai memberinya THR. dimasukkannya ke dalam kantong celana dan menunggu Tunjangan selanjutnya. bertubi-tubi ia mendapat uluran tangan itu. isinya menakjubkan baginya. tak ada yang kurang dari Rp.20.000. malamnya ia berhitung dan alhamdulillah terkumpul sebanyak 800 ribu Rupiah. uang yang cukup besar baginya. disampingnya ada ibu yang ikut membantu menghitung uang itu. ia menyaksikan kegirangan anaknya itu. senang rasanya ia bisa melihat anak kesayangannya itu selalu tersenyum dan tertawa, tidak seperti di rumah sakit dulu. namun ia tak ingin terlalu menigingat saat-saat lara itu. bahkan ingin melupakannya. sang ibu terperanjat ketika anaknya itu menyapanya. "ibu, ini duitnya untuk ibu...!" ia berikan seluruh selebaran uang yang ada di genggamannya itu. "buat apa, nak?' tanya ibunya kaget. "ambil saja ibu, dan terima kasih waktu itu ibu selalu berada di sampingku saat aku sakit...!!! dengan polos dan sungguh tindakan yang sangat jauh dari anak seusianya. "ibu lebih membutuhkan uang ini..!" lanjutnya. ibunya menangis menyaksikan tingkah "malaikatnya" itu. sang ibu langsung memeluk anaknya dengan erat. "aku menyayangimu, nak..!" ucapnya sambil tersendat-sendat karena tangisan. sang ibu sangat bijaksana. bagaimanapun uang itu adalah uang anaknya, uang hasil mondar-mandir anaknya itu ke sanak saudara. tak ada haknya untuk memakan hasil jerih payah anaknya itu. apalagi ia masih kecil. ucapnya dalam hati. uang itu dibelikannya playstation2 atau PS2. "ini nak uangmu ibu belikan, PE ES..!!! kamu bisa main sekalian bisnis rental Pees di rumah." anak itu mngangguk seraya mengiyakan ucapan ibunya itu. akhirnya anak itu berbisnis rental pees dan mampu meringankan beban orang tua serta menambah uang jajannya. 100% ia menjalankan bisnis itu sendiri. langganannya adalah teman-teman sebaya bahkan ada yang jauh lebih tua. kisah yang menurut saya subhanallah, mudah-mudahan pembaca bisa mengambil hikmah dari tulisan ini. amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H