Mohon tunggu...
Hadrial Aat
Hadrial Aat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup adalah saat ini. Teruslah berbuat kebaikan. Jika kita tidak bisa berkata benar, maka diam itu lebih baik. Akan tetapi apabila kita bisa berkata benar dan untuk mengajak kepada kebaikan, maka berbicara itu lebih baik. Sampaikanlah walau hanya satu kata, ketika nafas kita masih ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengemis Hikmah

15 November 2012   03:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aku lihat ia menaiki papan beroda. Ia berjuang dengan segenap kekuatan yang tersisa. Sisa kekuatan itu ada pada tubuh dan tangannya. Kau tahu mengapa? Karena kakinya telah tiada. Ia cacat.

Ia tidak tinggal diam. Dengan penuh semangat ia mendorong papan yang membawa tubuhnya dengan satu tangan. Papan pun meluncur dan satu tangannya yang lain ia sodorkan. Mengharap belas kasihan di tengah keramaian sebuah pasar.

Hatiku tersentuh. Lunglai, sendu. Begitu hebatnya perjuangan ia. Aku berikan sedikit uang yang kupunya. Aku mengemis hikmah padanya. Dan ia berikan segera dalam hatiku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun