Mohon tunggu...
Hadrial Aat
Hadrial Aat Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hidup adalah saat ini. Teruslah berbuat kebaikan. Jika kita tidak bisa berkata benar, maka diam itu lebih baik. Akan tetapi apabila kita bisa berkata benar dan untuk mengajak kepada kebaikan, maka berbicara itu lebih baik. Sampaikanlah walau hanya satu kata, ketika nafas kita masih ada.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ujian CPNS

19 September 2012   04:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan-jangan panitianya bubar," Emaknya angkat bicara.

"Mustahil, Mak!"

"Apanya yang mustahil, dulu juga begitu, ketika engkau melamar kerja di Medan," kata emaknya. "Yang engkau dites dengan sistem komputerlah, pengumumannya di surat kabarlah, inilah, itulah....!" Sunggut emaknya kesal.

"Tapi, Mak, ini berbeda. Ini bukan tes karyawan swasta. Ini tes pegawai negeri sipil, Mak. Negara yang punya urusan, bukan swasta."

"Terserah engkaukah Latief. Bagi Emak orang-orang di sana sama saja. Sama rakus dan kejamnya. Semuanya ingin ia luluskan, kalau ada uang sogokan atau saudaranya. Tidak percaya engkau dengan kata Emak, lihat aja nanti," ujar Emaknya.

Lemas ia mendengar ucapan Emaknya. Rasanya tidak ada harapan baginya.Orang yang selama ini sangat ia agungkan karena do'anya berkata demikian pahitnya. Tetapi , terkadang hal itu ada benarnya. Apalah ia hanya orang biasa yang tak punya uang, relasi, atau kerabat di lingkungan pemerintahan. Tidak seperti rekan-rekanya yang ketika ujian sudah sibuk. Mereka sibuk mencari calo atau mendekati pejabat-pejabat yang bersangkutan untuk menyodorkan uang sementara ia hanya bisa ia hanya bisa mendekati buku-buku atau mantan gurunya untuk mengulang semua bahan pelajaran. Ia hanya membanting tulang dan memeras otaknya. Ia pasrah, ia hanya menyerahkan segalanya kepada tuhannya, Allah.

Tetapi, ucapan Emaknya tidak terbukti. Walaupun pengumumannya sempat tertunda sampai bulan Maret, itu tidak jadi masalah baginya. Persoalan itu tidak dihiraukannya lagi karena ia sangat gembira ketika namanya tertulis di sebuah kolom koran. Ia memastikan lagi dengan melihat nomor ujiannya.

"Sa-tu, li-ma, e-nol, sa-tu sa-tu, e-nol, e-nol sem-bi-lan, liiima, haa...., benar" desahnya sendiri. "Aku lulus...!! teriaknya  dengan menambahkan loncatan dan senyumnya.

"Selamat-selamat...!" ujar teman-temannya.

"Kapan kami ditraktir?" tanya seorang temannya.

Ditraktir...??? ia mengulum senyumnya. Begitu ia lulus, dengan mudah mereka minta ditraktir? Mereka tidak pernah ingin tahu berapa kali ia mereguk sendiri kekalahannya...? Dan sekarang begitu lulus, semuannya mengerubunginya. Tak semudah itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun