Jurnalisme warga atau citizen journalism semakin menunjukkan eksistensinya ketika dunia memasuki era internet. Â Keberadaanya semakin populer ketika media sosial memasuki ranah kehidupan masyarakat modern saat ini, meski tidak sepopuler "content creator" yang lebih seksi bahkan menjanjikan imbalan material yang tidak kecil. Â Menjadi jurnalis warga adalah salah satu pilihan cerdas bagi orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap sesama. Â Karena salah satu tanggung jawab seorang jurnalis pada umumnya, khsusnya jurnalis warga adalah menyurakan orang-orang yang terpinggirkan alias sebagai "voice of voiceless people."
Di Indonesia sendiri gerakan jurnalis warga sudah muncul ketika era mail list (jejaring sosial yang menggunakan akun email anggotanya). Â Bahkan pada tahun 2014 oleh AJI, jurnalis warga telah diakui dan berhak menjadi anggota AJI. Â Meskipun di kalangan jurnalis profesional masih muncul pro dan kontra, namun inisiatif dan kreatifitas dari jurnalis warga bagai air bah yang tidak terbendung, terlebih mereka sudah bisa menggunakan beberapa platform media sosial yang memungkinkan mereka berbagi kabar dan informasi tidak hanya dalam format teks, akan tetapi bisa juga melalui suara dan video yang diambil menggunakan telepon pintarnya. Â Jurnalisme warga ibaratnya sudah identik dengan jurnalisme bergerak (moblie journalism).
Pertanyaan dasar yang mnuncul adalah mengapa jurnalis warga kurang populer sehingga dianggap tidak seksi di nata netizen dibanding menjadi content creator. Â Salah satu anggapan yang muncul mungkin karena kerja jurnalis (meski amatiran) harus bisa menulis yang dianggap merupakan pekerjaan intelektual. Â Banyak kerja otak dibanding otot. Â Dari sisi ini ada benarnya, tetapi sesungguhnya ada sisi lain yang bisa mendorong orang menggeluti jurnalisme warga. Â Apakah itu? Â Ya, Motivasi. Â Apa sajakah motif-motif tersebut?
Ada lima motif yang mungkin menjadi alasan menjadi jurnalis warga:
1. Â Keuntungan diri
2. Â Pengembangan diri
3. Â interaksi dengan komunitas
4. Â Penyebaran informasi
5. Â reformasi sosial
---- bersambung----
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H