Mohon tunggu...
Hadiyan
Hadiyan Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar Universitas Muhammadiyah Jakarta Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

Minat pada Studi Islam dan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Empat Hal Keniscayaan Hidup

27 Maret 2023   06:10 Diperbarui: 29 Maret 2023   14:42 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imam Ibn Taimiyah dalam Majmu' al-Fatawa menyebutkan empat hal penting dalam hidup; Pertama, sesuatu yang disukai, dan diusahakan untuk mendapatkannya; Kedua, sesuatu yang tidak disukai dan diusahakan untuk menjauhinya; Ketiga, cara untuk mendapatkan sesuatu yang disukai di atas; dan keempat, cara agar terhindar dari sesuatu yang tidak disukai di atas. Keempat hal ini 'pasti' dialami oleh setiap mumin, kata beliau.

Yang pertama, sesuatu yang disukai, dan diusahakan untuk mendapatkannya, atau meminjam ungkapan beliau amrun mahbubun mathlub al-wujud. Sesuatu yang manusia sukai ini banyak. Alquran menjelaskan di antara yang disukai itu, misalnya, sebagai berikut : 'Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga) (QS.3:14). Ayat ini jelas menyebut bahwa semua contoh yang disukai di atas disebut sebagai kesenangan dunia (mata' al-hayat), yang semua orang normal menginginkannya. Lebih dari contoh-contoh ini, bagi seorang mumin, hal yang disukainya jelas syurga dan ridha Allah SWT. Sebab, logika hidup seorang mumin, kehidupan dunia bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan ukhrawi (QS.28:77), dan bahwa kehidupan ukhrawi nyatanya lebih baik dari kehidupan duniawi (QS. 93:4).

Kedua, sesuatu sesuatu yang tidak disukai dan diusahakan untuk menjauhinya; amrun makruhun mabghadh al-wujud. Macam kedua ini mudah diinventarisir dari melihat contoh-contoh tersebut di atas. Sebut misalnya, tidak memiliki wanita (isteri), tidak mempunya anak, tidak berharta, dll. Siapapun tidak menginginkan mengalami hal ini. Hal-hal buruk dan menyakitkan juga bisa menjadi contoh lainnya; sakit, misalnya, dikhianati orang, bangkrut usaha, dll. Alquran secara tepat menggambarkan sifat manusiawi kita tidak menginginkan semua hal buruk begini, 'Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah' (QS. 70:20). Bagi seorang mumin, cita-cita hidup sejatinya adalah menghindarkan diri dari menjadi termasuk orang-orang yang dibenci Allah dan dimurkainya, sebagaimana kita nyatakan dalam setiap shalat kita saat membaca surat al-Fatihah (QS. 1:7). Kebalikan dari contoh macam yang pertama,juga dapat kita sebutkan contoh tekad kita memohon kepada Allah terhindar dari api neraka yang sering pula kita ucap pada doa sapu jagat : 'rabbana atina fi 'd-dunya hasanah wa fi 'l-akhirati hasanah wa qina adzaba 'n-nar (QS.2:201).       

Ketiga, cara untuk mendapatkan sesuatu yang disukai, al-wasilat ila amr mahbub. Poin ketiga ini adalah kelanjutan poin pertama tadi. Jika sudah jelas apa yang diinginkan, seharusnya menjadi jelaslah caranya. Kata pepatah arab, idza shadaq al-'azm wadhaha al-sabil, jika tekad sudah bulat, jalan menjadi jelas. Ini idealnya. Sebab kenyataannya, meski target keinginan sudah jelas, cenderung banyak orang menempuh cara yang salah, entah karena hawa nafsu, entah juga karena mau jalan pintas saja. Di sini problemnya. Mau kaya korupsi. Mau wanita berzina. Dan lain-lain. Alquran membimbing bahwa hal yang baik, mestilah dengan hal yang baik, hal jaza al-ihsan illa 'l-ihsan (55:60). Karena itu seorang mumin, pastilah 'mengejar' semua impiannya menurut koridor yang digariskan oleh ajaran agama. Harta dan kesenangan duniawi lainnya, misalnya, hanyalah bisa diraih dengan bekerja sungguh-sungguh mengusahakannya (QS. 62:10). Dan syurga sebagai impiannya yang lain, hanyalah bisa diraih dengan iman yang tulus dan amal yang saleh (QS. 2:83).   

Keempat, cara agar terhindar dari sesuatu yang tidak disukai, al-wasilat ila daf' al-makruh. Sebagaimana poin ketiga di atas merupakan kelanjutan dari poin pertama, maka poin keempat ini adalah kelanjutan dari poin kedua. Menginginkan diri terhindar dari segala macam keburukan, tentulah dengan tidak melakukan semua perbuatan keji yang mengarah kepadanya; bahkan rumus Alquran lebih tegas : jangan mendekat !, kata Alquran (QS. 17:32). Alquran juga mengajarkan, manakala kita terlanjur jatuh dalam 'pelukan langkah-langkah' setan, berhenti, jangan ikuti langkahnya sekarang juga ! (QS. 24:21). Maka, neraka yang kita berdoa terhindar daripadanya, caranya hanya satu : jangan ikuti langkah-langkah setan ini.

Jika empat hal keniscayaan hidup ini dapat benar-benar kita sadari, insya Allah hidup kita akan selamat.

Wallahu a'lam..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun