Buku baru yang menambah koleksi perpustakaan kami adalah buku 66 tahun Azyumardi Azra CBE Karsa untuk Bangsa terbitan Kompas, 2022. Buku setebal 388 halaman ini diisi dengan Kata Pembuka oleh Prof. Dr. Ahmad Syafii Ma’arif dan Prof. Dr. M. Amin Abdullah, dan Kata Penutup oleh Prof. Robert W. Hefner.
Ada 66 kontributor yang keseluruhannya terbagi ke dalam enam sub bahasan : Kepribadian, Kecendekiaan, Kependidikan, Kebangsaan, Keislaman, dan Kesejarahan.Buku diedit apik oleh Muhammad Ali dan David Krisna Alka.
Prof. Azra adalah tokoh fenomenal. Namanya menyedot perhatian publik nasional dan internasional. Secara nasional, salah satu fokus perhatian publik adalah ‘jasa’nya membidani ‘kelahiran’Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2002, yang sebelumnya berstatus sebagai Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Perubahan ini luar biasa, karena mendongkrak kepercayaan diri perguruan tinggi Islam berbicara tentang keilmuan umum sebagai kawan keilmuan Islam. Perubahan IAIN menjadi UIN memang membawa ssmangat integrasi Ilmu. Ditemukan sekarang di UIN nomenklatur keilmuan tarbiyah dan ilmu kependidikan, adab dan humaniora, ushuluddin dan filsafat, dll. Dunia pendidikan tinggi Islam, khususnya, mencatat dengan tinta emas, kontribusi Prof. Azra ini.
Secara internasional, kiprah Prof. Azra juga meng-emas. Banyak pengakuan para penulis di buku ini. Ada baiknya diambil salah satunya, yaitu dari senior beliau sendiri, Prof. Dr. Syafii Ma’arif.
“Kiprahnya yang mendunia Juga tampak jelas. Ia telah menerima penghargaan tertinggi dari Ratu Elizabeth II, Kerajaan Iggris, yakni The Commander of the British Empire (CBE) Award, bahkan nenjadi orang pertama di luar negara persemakmuran Inggris di dunia yang menerima itu. Sebuah gelar kebangsawanan yang sangat elite di Iggris. Namun, gelar itu bukan satu-satunya.
Tahun 2017, Kaisar Akihito dari Kerajaan Jepang memberikan penghargaan The Order of the Rising Sun : Gold and Silver Star. Sebuah gelar tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Jepang untuk tokoh yang berasal dari luar Jepang” demikian tulis rinci mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Buku ini penting dimiliki karena mengispirasi. Penulis sendiri terinspirasi oleh sang CBE jauhw sebelum buku ini terbit. Tahun 2005, saat memberi pesan kepada 90-an dosen UIN diperbantukan (dpk) pada Perguruan Tingi Agama Islam di lingkungan Kementerian Agama, beliau menekankan agar para dosen UIN jangan bermental kerja sebagai seorang birokrat.
“Bekerjalah seperti seorang Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bermemtal sebagai pekerja keras”. Terlihat di cover buku ini, fotonya yang tampak ‘letih’ (berfikir dan bekerja). Pada acra tersebut masih terngiang pada penulis nasehatnya “Anda semua adalah seorang Knowledge Worker (pekerja ilmu). Sebagai seorang dosen dpk pada Universitas Muhammadiyah Jakarta, nasehatnya terus saya pegang.
Yang kedua adalah nasehatnya di sebuah kesempatan perkuliahan doktoral pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Menjadi doktor adalah menjadi teladan”, katanya yang juga bercerita bagaimana pengalamannya mendapati orang-orang Jepang yang sangat berdisiplin berkendara saat melalui lampu merah, hijau, kuning. Menjadi doktor adalah menjadi teladan merupakan nasehat sangat sangat mendalam. Mudah-mudahan teman-teman sekelas saya saat itu tetap mengingat nasehat penting dan berat tersebut.
Hari ini, Ahad 18 September 2022, dunia keilmuan berduka. Ilmuan bersahaja itu pergi untuk selama-lamanya menuju Khaliqnya. Semoga Allah merahmatinya. Selamat jalan Prof. Azra. Kami semua kehilanganmu..