Mohon tunggu...
Hadiyah Marowati
Hadiyah Marowati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Buruh pabrik

Lulusan SMA yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terlelap di Pangkuan Aksara (Part 1)

1 November 2022   23:53 Diperbarui: 3 November 2022   12:25 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi foto: patung di dekat museum Sonobudoyo, jalan Malioboro Yogyakarta.

Terlelap di Pangkuan Aksara

Prolog

-Juli 2022-

Setengah jam lamanya Tresna menunggu Dika menjemputnya di terminal kedatangan bandara YIA. Cewek bernama lengkap Tresnaning Remaja itu sudah lelah menunggu. Lagipula ini sudah kesekiankalinya Dika tak bisa menepati janjinya. Tresna sudah terbiasa dikecewakan oleh cowok bergaya esmud(eksekutif muda) soksibuk bernama Aksara Mahardika Adiluhur itu.

Tresna menurunkan maskernya. Ia merekam pesan suara untuk dikirimkan kepada Dika.
"Nggak usah maksain kalo emang sibuk. Aku pakai taksi online aja!" kata Tresna.
Sebuah pesan balasan masuk, "Tunggu bentar, udah nyampai parkiran bandara nih..." bunyi pesan suara dari Dika.
Tresna beranjak dari tempat duduknya. Tangan kirinya meraih koper, sedangkan tangan kanannya sibuk membuka laman aplikasi taksi online di ponselnya.
"Tresna!" panggil Dika sambil melambaikan sebuket bunga. Dika berlari menghampiri Tresna.
"Maaf telat, tadi kliennya ribet banget. Biasalah, rekanan bisnis Papa. Sungkan tapi kok ya nyebelin gitu. Maaf ya..." Dika memberikan buket bunga itu pada Tresna.

Dika melonggarkan dasinya karena kegerahan. Ia juga menurunkan maskernya supaya bisa bernapas lebih leluasa. Ketampanan Dika sempat membuat Tresna terpana sejenak. Biarpun umurnya sudah 32tahun tapi penampilan Dika masih terlihat awet muda layaknya para cowok idola kekinian.
"Bunga ini untukku atau buat besuk Mbak Ndari?"
"Spesial untukmu, Tresnaku. Silakan dedek gemes kesayanganku...mobil jemputan sudah menunggu di parkiran," ledek Dika sambil membawakan koper Tresna.
"Udah telanjur pesan taksi online!"  Tresna menarik koper yang dipegang Dika.
Dika merebut ponsel Tresna dan membatalkan pesanan taksi online. "Nih hapemu. Buruan keburu kemalaman di jalan. Apa perlu kugendong ke parkiran?"
"Cih! Yang telat siapa...yang sewot siapa..."gerutu Tresna.
***


Raffa, mantan pacar Tresna hanya bisa mengamati Tresna dari gerai restoran di area terminal kedatangan. Ia memperhatikan Tresna secara sembunyi-sembunyi bersama Aludra, kakaknya. Raffa tak bernyali untuk menghampiri Tresna. Ia masih belum bisa move on setelah diputuskan Tresna seminggu yang lalu.
Raffa merasa kalah saing dengan Dika. Tresna minta putus dikarenakan Raffa menolak dipaksa berpenampilan seperti Dika. Raffa lebih nyaman bergaya kasual layaknya anakmuda kekinian daripada bergaya formal ala eksekutif muda.
" Kalo masih cinta ya dikejar sana, masak kalah sama modelan om-om gitu?" Aludra menepuk bahu Raffa.
"Kenapa nggak Tante Alu aja yang kejar tuh Om Dika, kalian kan sepantaran," sahut Raffa.
"Dih tante, aku belum setua itu kali..." kilah wanita 34tahun itu.
"Beneran deh Mbak Alu, mendingan jadian sama Om Dika si CEO start up unicorn itu. Masa depannya lebih cerah daripada kelamaan main friendzone sama Mas Tuladha yang mentok jadi COO selama tujuh tahun,"
"Lha anak kemaren sore sok paling bijak berkarir. Mending Tuladha kemana-manalah dibandingkan Dika si bocah manja itu. Tanpa sokongan kekayaan ortunya, Dika nggak bakalan sesukses sekarang. Beda sama Tuladha yang merintis karir dari nol berbekal skill mumpuni."
"Pantesan Tresna segitu terobsesinya sama tuh CEO start up. Apalah dayaku yang cuma anak magang ber-skill pas-pasan," keluh Raffa.
"Dih, malah curhat nih bocah. Buruan pesan taksi online! Udah setengah jam kita buang waktu di sini."
"Iya, bentar mau ngabarin Papa dulu kalo nginap di rumah Mbak Alu."
"Udah nanti kukabarin. Buruan! Sekarang!"
"Iya, iya ini udah dapat taksinya," jawab Raffa menuruti perintah Aludra.


***
Tresna memperhatikan Dika yang menyetir dengan gelisah. Sesekali Dika melirik jam tangan dan meraba-raba perutnya.
"Kenapa? Lapar? Menepi dulu deh, bahaya nyetir nggak fokus gitu!" celetuk Tresna.
"Iya nih, belum sempat makan. Kelamaan meeting tadi. Kita mampir resto di depan itu ya," jawab Dika.
Dika memarkir mobilnya di halaman restoran. Sebelum turun Dika menyempatkan diri merapikan penampilannya.
"Apaan sih, centil amat cuma makan aja pakai dandan segala. Kamu nggak bikin acara aneh-aneh, kan?" cibir Tresna.
"Nggak kok, nyantai aja."
"Awas aja kalo bertingkah dan kegatelan, nih kubedakin nanti!" ancam Tresna sambil menunjukkan sebotol bedak bayi di tas selempangnya.

Tresna dan Dika menikmati makan malam di restoran bernuansa kafe kekinian itu. Tak ada obrolan yang bisa mencairkan suasana canggung di antara keduanya. Terjebak dalam keruwetan pikiran masing-masing yang bersikukuh mempertahankan gengsi untuk memulai obrolan lebih dahulu.
Sebuah lagu populer bertema lamaran mengalun merdu di ruangan. Dika bangkit dari kursi. Dengan sebuah cincin emas di tangan, ia berlutut melamar Tresna.
Kelakuan Dika membuat Tresna kaget. Kebahagiaan sempat singgah di hatinya. Tapi bergegas ia menepis perasaan itu. Tresna takkan semudah itu menerima lamaran Dika. Itu tak adil baginya. Belum sepadan dengan rasa sakit hati atas penolakan Dika tujuh tahun lalu. Justru inilah saatnya membalas perbuatan Dika.

Tresna melangkah menghampiri Dika. Ia mengeluarkan sebotol bedak bayi dari tas selempangnya. Lalu menaburkan bedak banyak-banyak ke badan Dika.
"Sudah kuperingatkan jangan kegatelan di depanku, nih rasain biar sembuh gatelnya!" kata Tresna.
Serbuk bedak berhamburan. Begitupula dengan kenangan-kenangan di kepala Tresna. Kilasan kenangan tentang kebersamaannya dengan Dika, pertengkarannya dengan Denta, termasuk memori ketika ia menaburkan bedak pada seorang cewek bernama Prabandari. Cewek kampungan yang menjadi sumber masalah dalam kehidupannya selama ini.
****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun