ChatGPT, yang dikembangkan oleh OpenAI, telah menjadi topik perbincangan yang hangat, terutama dalam konteks pendidikan. Teknologi ini menawarkan kemampuan untuk membantu pekerjaan manusia yang berkaitan dengan teks, seperti menulis surat, copywriting, dan penulisan akademis. Penggunaannya yang luas telah mencapai angka yang signifikan, dengan sekitar 13 juta pengguna harian pada Januari 2023.Menurut data terbaru yang ada, ChatGPT saat ini memiliki sekitar 180,5 juta pengguna. Situs web ini menghasilkan 1,63 miliar kunjungan pada Februari 2024.
Namun, kehadiran ChatGPT juga menimbulkan beberapa pro dan kontra. Di satu sisi, ChatGPT mendorong inovasi dan kemajuan teknologi. Di sisi lain, terdapat kekhawatiran mengenai keakuratan informasi yang dihasilkan, karena ChatGPT mengandalkan data yang ada di internet yang mungkin mengandung kesalahan atau bias]. ChatGPT tidak memiliki kemampuan reflektif atau kesadaran diri, sehingga tidak dapat menghasilkan ide atau imajinasi secara mandiri.
Dalam konteks pendidikan, ChatGPT dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk membantu proses belajar mengajar. Namun, penting bagi pengguna untuk tetap kritis dan melakukan verifikasi informasi yang diberikan oleh ChatGPT. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan, seperti plagiarisme, yang dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan menulis mahasiswa.
Secara keseluruhan, ChatGPT merupakan terobosan yang menjanjikan dalam bidang AI, namun penggunaannya harus diimbangi dengan pemahaman yang mendalam dan pertimbangan etis yang matang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H