Pagi tadi, seperti biasa saya dan teman-teman mengikuti Kajian Jumat Pagi di Kampus. Kajian pagi tadi terasa istimewa karena menghadirkan sosok yang sangat senior, baik dalam usia maupun pengalaman. Beliau adalah Drs. H. Harno Harnadi Isa, M.Pd., seorang tokoh Muhammadiyah di kabupaten Grobogan yang sudah hampir menginjak usia 80 tahun.
Saya perhatikan beliau dengan seksama. Langkahnya tertatih saat menuju tempat duduknya. Suaranya tidak sejelas dulu, kadang terbata, namun semangatnya tetap menyala. Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat saya lebih tertarik pada sosoknya daripada pada materi yang disampaikan. Ada energi yang kuat, ada ketulusan yang terpancar. Dan itulah yang membuat saya benar-benar tertarik pada beliau.Â
Di usia yang tak lagi muda, banyak orang memilih untuk berdiam diri di rumah, menikmati masa tua dengan santai. Namun, Pak Harno berbeda. Beliau tetap aktif, Â bergerak dan hadir di tengah-tengah masyarakat, untuk ikut berbagi kebaikan. Beliau tidak berhenti. Tidak menyerah pada usia, tidak menyerah oleh keterbatasan fisik yang melemah. Matanya tetap menyala.
Saat beliau berbicara, kata-katanya memang tidak lagi sefasih dulu. Tapi justru di situlah letak kekuatan inspirasinya. Ia berbicara dengan hati, dan yang lebih penting, ia berbicara dengan tindakan. Orang-orang mendengarkan bukan hanya karena apa yang beliau katakan, tetapi karena apa yang beliau lakukan. Keberadaannya saja sudah menjadi pelajaran berharga bagi kami yang hadir.
Dalam kajian yang berlangsung santai dengan peserta terbatas dari kalangan dosen dan tenaga kependidikan, beliau berbicara tentang banyak hal seperti pentingnya menebar kebaikan. Kehadiran sosoknya saja sudah mengajarkan banyak hal, bukan soal seberapa besar yang bisa kita berikan, tetapi seberapa ikhlas kita melakukannya. Kebaikan tidak harus selalu dalam bentuk materi. Ilmu yang dibagikan, senyum yang diberikan, kehadiran yang mendukung---semuanya adalah bentuk kebaikan yang bisa kita lakukan kapan saja, di mana saja.
Kehadiran beliau dalam acara ini membuat saya merenung, berkontemplasi. Betapa sering kita mencari alasan untuk menunda kebaikan. Kadang kita merasa terlalu sibuk, kadang kita merasa belum cukup siap, kadang kita merasa apa yang kita lakukan tidak berarti. Padahal, sosok seperti Pak Harno menunjukkan bahwa kebaikan itu tidak perlu menunggu. Ia dilakukan dengan apa yang kita punya, di waktu yang kita miliki. Tidak perlu melakukan sesuatu yang hebat. Cukup dengan kesederhanan dan ketulusan. Asal diniatkan dengan ikhlas, dilakukan sesuai dengan tuntunan maka akan menjadi kebaikan. Amal terbaik.Â
Akan selalu muncul pertanyaan. Bagaimana bisa seseorang yang sudah berusia hampir 80 tahun tetap memiliki semangat seperti ini? Apa yang membuatnya tetap bergerak ketika tubuhnya sudah tidak sekuat dulu? Jawabannya ada dalam keikhlasan dan keteguhan hati. Beliau tidak sekadar menjalani hidup, tetapi mengisinya dengan makna. Beliau tidak menunggu waktu yang tepat untuk berbagi, tetapi menjadikan setiap waktunya berarti.
Ketika kajian usai, saya memperhatikan bagaimana beliau perlahan bangkit dari kursinya. Bergerak pelan, berjalan tertatih, tetapi semangatnya tidak berkurang sedikit pun. Beliau tersenyum, berbicara dengan peserta kajian, beliau sapa satu persatu. Beliau tanya nama, kemudian beliau ulangi nama itu, sambil berusaha mengingat, mencoba menyimpannya dalam memori yang mungkin tak lagi sekuat dulu. Tapi upayanya itu membuat semua orang merasa dihargai. Hari ini Pak Harno mengajarkan bahwa selama kita masih diberi kesempatan hidup, selama itu pula kita bisa menebar manfaat. Tanpa dibayar.
Saya belajar sesuatu yang sangat berharga hari ini. Bahwa inspirasi tidak selalu datang dari kata-kata yang indah, tetapi dari tindakan yang nyata. Semangat yang tak pudar dari Pak Harno adalah pengingat bahwa usia bukanlah penghalang untuk berkarya dan berbagi. Ia adalah bukti bahwa kebaikan tidak mengenal batas waktu.
Kini, saya punya pengingat yang dekat, setiap kali saya merasa malas atau merasa tidak mampu, saya akan ingat sosok Pak Harno. Saya akan ingat bagaimana beliau tetap bergerak, tetap berbagi, tetap menebar kebaikan. Dan saya berharap, semangat itu bisa terus menyala, tidak hanya dalam dirinya, tetapi juga dalam diri kita semua. Karena seperti yang beliau sampaikan, kebaikan tidak harus besar, tetapi harus nyata.