Jam digital baru menunjukkan pukul 02.45 WIB namun sudah tampak kesibukan di lantai dua Masjid Baabut Taubah, Kemang Pratama, Bekasi. Di ruang terbuka persegi empat panjang tersebut, terlihat beberapa orang sedang melaksanakan shalat malam, ada pula yang sedang melakukan tadarus (membaca) kitab suci Al-Quran, sementara beberapa orang berselempang handuk hilir mudik bergantian ke kamar mandi di pojok ruangan dan tidak sedikit yang sedang tertidur pulas di "lapak istirahat" masing-masing.
Di lantai dasar tepatnya di selasar sisi utara ruang utama masjid, Effendi (38) dan tiga temannya sesama Marbot, tampak sedang membentangkan empat buah terpal plastik memanjang sejajar, yang akan dijadikan sebagai "meja makan" pada saat makan sahur bersama. Kesibukan di dua lantai Masjid Baabut Taubah pada pagi dinihari tersebut, merupakan gambaran sekilas pelaksanaan kegiatan Itikaf selama sepuluh hari terakhir Ramadan 1437 H, mulai Sabtu (25/6) atau bertepatan dengan malam ke-21 hingga hari ke-30, Selasa (5/7), yang digelar oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Baabut Taubah.
Salah seorang panitia dari DKM Baabut Taubah, Taslim, menjelaskan, jumlah peserta Itikaf Ramadan dari tahun ke tahun relatif sama yakni berkisar antara 150-160 orang, dengan rasio 80 persen laki-laki dan 20 persen perempuan, terdiri dari anak-anak, remaja dan orang dewasa. Jumlah ini bisa menjadi lebih besar pada saat malam ganjil (21, 23, 25, 28 dan 29), seperti yang terjadi pada malam ke-27, Jumat (1/7) yang mencapai angka 250 orang.
Menurut Taslim, fokus pelayanan kepada para peserta terutama terkait dengan jamuan makan untuk peserta Itikaf yang meliputi, saat berbuka, makan malam dan makan sahur. Baik pada saat berbuka, makan malam maupun makan sahur, panitia menyiapkan suguhan bukan saja untuk peserta Itikaf, melainkan juga untuk jamaah masjid non Itikaf.Â
Penyediaan saat berbuka dan makan malam, relatif lebih mudah teratasi apabila stok tidak mencukupi karena panitia masih bisa menutupinya dengan menghubungi sejumlah restoran/rumah makan yang ada di Kompleks Kemang Pratama. Untuk penyediaan suguhan makan sahur, panitia harus mendapatkan jumlah peserta yang pasti termasuk penyediaan stok cadangan untuk dikonfirmasikan dengan pihak katering mitra DKM Baabut Taubah.
Di luar layanan penyajian makanan, ketersediaan fasilitas MCK yang bersih dan cukup baik menjadi alasan para peserta mengapa memilih untuk mengikuti kegiatan Itikaf di Masjid Baabut Taubah, Kemang Pratama. Para peserta umumnya merasa puas dan bisa fokus beribadah berkat fasilitas MCK yang tersedia di masjid ini.Â
Di samping itu, peserta juga merasa cocok dengan sajian tausyiah para dai yang mengisi kegiatan selama Itikaf, yang dinilai cukup aktual, faktual serta kritis terhadap berbagai permasalahan di tengah-tengah masyarakat.
Salah seorang Dai yang tampil mengisi acara selama berlangsung Itikaf, Rikza Abdullah, mengupas tentang prinsip silaturrahim. Menurutnya, setelah menyelesaikan shaum (puasa) ramadan sebagai ibadah yang memperkuat hubungan manusia dan pencipta-Nya, selayaknya kita membangun hubungan baik dengan sesama manusia, yang biasa disebut silaturrahim.Â
Rikza menyebut, silaturrahim harus bernilai ibadah dan mencerminkan ketakwaan  dan mengikuti tiga prinsip, berperilaku baik terhadap semua orang yang dekat dengan kita, memberi apapun yang baik kepada mereka dan mencegah agar mereka tidak tertimpa suatu hal yang buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H