Ibu, mengapa terlalu cepat kau tinggalkan aku? Aku tertatih, terseok-seok ketika mencari sebentuk jati diriku tanpa kehadiran sosok lembutmu, yang hanya kudengar dari tutur orang-orang yang pernah mengenalmu. Ibu, penggantimu adalah tetap ibuku tak rela jika aku menyebut beliau tiri karena beliaulah yang turut membesarkanku sepeninggalmu Ibu, doa tulus menyertaimu. Duhai ibu keduaku, belum banyak yang bisa kulakukan untuk menunjukan betapa kami, menyayangimu kami selalu menyayangimu, dan aku akan tetap memanggilmu ibuku!!! Spesial saya persembahkan untuk menyambut hari ibu, 22 Desember 2009 besok. (HS) NB: puisi ini pernah saya muat di kolom komentarnya Eka :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H