Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... Administrasi - Civil servant

HS Bandung Kompasianer “heubeul” , angkatan 2008

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Test DNA? Test Pack Kali...

8 Mei 2011   23:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:56 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tunggu sampai cukup umur. (ilustrasi dari poskota.co.id)

[caption id="" align="aligncenter" width="230" caption="tunggu sampai cukup umur. (ilustrasi dari poskota.co.id)"][/caption] Suatu malam, saya berniat membeli obat di salah satu apotek dekat rumah. Banyak pembeli di apotek tersebut, dan saya turut berdesakan dengan pembeli lain. Ketika saya dilayani oleh petugas apotek tersebut, datanglah sepasang remaja putera puteri. Dari tampilannya, mungkin masih usia sma. Saya dengar si remaja putera tersebut membeli sesuatu yang tidak biasa: “ada test dna?”. Penjaga apotek tersebut mengernyit menandakan bingung. Beberapa penjaga (kebetulan apotek tersebut ramai pembeli) saling berpandangan tidak mengerti. Bahkan si pemilik apotek berusaha menyembunyikan senyumnya seraya menjawab: “kami tidak menjual alat test DNA.” Kedua remaja tersebut beranjak meninggalkan apotek tersebut. Saya tak tahan untuk tak berkomentar, “testpack kali, bukan test dna.” Dan bersamaan dengan komentar saya terlihat si pemilik apotek pun tersenyum setuju. “Bener tuh, masa iya test dna. Paling mereka kebablasan, makanya cari testpack hehehe..” “Mana ada test dna, test dna mah adanya di laboratorium.” Dibalik dialog tersebut, sesungguhnya saya miris. Anak remaja yang seharusnya sedang getol mengejar cita-cita, harus menanggung beban akibat perbuatan mereka yang kebablasan. Dan lebih miris lagi, rupanya pengetahuan kedua remaja tersebut masih sangat minim. Terbayang, ketika ternyata si remaja puteri harus hamil, maka akan ada banyak hal yang turut tertutup. Salahsatunya adalah cita-cita si anak remaja tersebut. Masa depan pun terasa suram. Saya jadi teringat kalimat “education is the best contraceptive”. Kalimat tersebut tidak semata-mata menjadi penghias program KB untuk menunda usia perkawinan hingga batas yang seharusnya, tetapi juga memberikan wejangan bahwa sekolah yang tinggi bisa memberikan pengetahuan yang memadai dan dapat mematangkan usia seseorang untuk menuju jenjang perkawinan. Jika saat ini anda memiliki anak yang sedang beranjak remaja, diharapkan agar memantau perkembangan mereka. Memantaunya namun tidak mengekangnya. Tidak mengekangnya namun juga tidak memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Karena pada usia remaja, keingin tahuan seseorang sedang melonjak-lonjak. Cobalah untuk membuka komunikasi dengan anak-anak anda agar mereka tidak salah pergaulan. Jangan sampai kejadian di apotek yang saya lihat, terjadi juga pada remaja-remaja lainnya. Ingat-ingatlah EDUCATION IS THE BEST CONTRACEPTIVE. (HS) diambil dari blog yang saya kelola, di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun