Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tertawa bersama Srondol Gayus ke Italy

5 April 2011   01:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:07 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13019675311559385305

[caption id="attachment_100107" align="aligncenter" width="500" caption="cover buku Srondol Gayus Ke Italy - dok. Hazmi Srondol"][/caption]

Menarik dan Lucu.

Mungkin dua kata itu adalah kata yang paling tepat jika saya diminta mendeskripsikan novel Srondol Gayus Ke Italy dalam dua kata. Novel yang diterbitkan oleh Mesem Media Publisher itu ditulis oleh salah satu teman saya di kompasiana. Hazmi Srondol. Bukan karena saya adalah teman mas Hazmi sehingga saya memilih dua kata itu untuk menggambarkan novelnya, tapi karena memang novel humor setebal 206 halaman itu mengundang tawa saya ketika membacanya.

Dalam novel perdananya ini, Hazmi berkisah tentang seorang tokoh bernama Srondol, beserta tiga temannya yang lain yang ditugaskan untuk melaksanakan training oleh kantornya, ke Italia.

Dalam penokohan dan pengkarakteran tokoh, Hazmi berhasil membuat cerita seolah-olah hidup dengan rentetan cerita dan kejadian yang diceritakan secara detail. Selain itu pemilihan nama tokoh juga tidak biasa dan membuat saya mengulum senyum ketika membacanya. Sebut saja nama tokoh utama di novel tersebut, Srondol. Srondol adalah nama sebuah tempat di Semarang. Selain Srondol, tokoh lain yang bernama aneh adalah Rubah, mister Krib, dan Bos Hoho.

Cerita dimulai ketika Srondol dan dua rekannya, Kang Adul dan Alim, mendapatkan tugas kantor untuk training di Italy. Mereka tidak berangkat bertiga, tapi berempat bersama Rubah. Rubah yang digambarkan berkarakter pelit dan datar tersebut, adalah pelengkap penderita dalam petualangan Srondol ke Italy. Namun justru kelucuan-kelucuan cerita ini muncul dari karakter Rubah yang datar yang sanggup memancing emosi Srondol dan membuat kita, para pembaca, tertawa ngakak.

Kelucuan pertama sukses membuat saya tertawa terkekeh-kekeh ada dalam bagian kedua berjudul Maling Kabel. Di situ mulai terasa bahwa novel ini memang komedi yang mengalir. Maksud saya, mengalir karena kejadian yang diceritakan di novel ini tidak jauh berbeda dengan keadaan sehari-hari di sekeliling kita. Selanjutnya, bibir saya terus-terusan mengulum senyum dan kadang tertawa ngakak ketika membaca kisah Srondol yang sudah berada di Italy.

Sebenarnya, menurut saya, meskipun digambarkan pelit dan menyebalkan, namun tokoh Rubah itu adalah tokoh yang cerdik. Rubah selalu berhasil memanfaatkan suasana dan memanfaatkan orang-orang di sekelilingnya untuk kepentingannya dengan cara yang tidak banyak dipikirkan orang lain. simak saja bagaimana Rubah mampu memanfaatkan bule Italy ketika dia sedang antri di toilet umum di negara Valentino Rossi itu. Dengan kejutan-kejutan yang didatangkannya, Rubah berhasil membuat Srondol mati kutu, mati gaya, dan emosi. Namun itu membangkitkan gairah tawa kita selaku pembaca.

Lalu, si Alim dan kang Adul bergantian antri di belakangku. Ada bule Italy berdiri di belakang Alim. Aku heran. Kok rubah malah di belakang Bule itu? Apa dia tadi saking bengongnya jadi tidak nyadar kalo posisi dia terselip seorang bule. Ketika Bule masuk toilet, tinggal Rubah yang belum buang air kecil. Kang Adul, Alim dan aku berdiri-diri berkumpul-kumpul agak di samping toilet.

“Keluar lagi tuh duit 1 euro si Rubah,” kata kang Adul sambil tertawa. Aku ikutan tertawa, tapi tertawa kami mendadak berhenti ketika saat pintu toilet yang berisi Bule Italy itu, terbuka. Disaat Bule itu akan keluar WC, tiba-tiba Rubah nyelonong masuk ke toilet yang pintunya masih terbuka itu.

Bule itu kaget dengan tindakan Rubah yang tiba-tiba. Sempat sepersekian detik, Bule dan Rubah berada dalam 1 WC yang masih terbuka karena orang Bule itu belum keluar WC.

Lalu Bule itu keluar sambil terbengong-bengong melihat Rubah nyerobot masuk WC tanpa memasukan koin 1 euro-nya. Edannya lagi, dalam kondisi pintu toilet yang terbuka lebar itu, Rubah dengan santainya buang air. Makin bengong si Bule melihat Rubah. Sempat dia menengok ke arahku. Aku buang muka, pura-pura gak kenal Rubah.

Ternyata, Rubah sedari tadi memperhatikan cara kerja WC itu yang tidak akan menutup pintu sebelum orang dalam toilet keluar dari toiletnya. Dan dia memanfaatkan kelemahan sistem otomatis WC itu dengan baik. Dasar pelit! Duh, aku maluuuuuuuu sekali. Rubah benar-benar memalukan kami, harga diri sebagai bangsa Indonesia benar-benar hancur dengan kelakuannya di WC umum itu. Aku jadi ngomel-ngomel tidak karuan.

“Kamu jangan dekat-dekat aku, malu aku!” kataku keras.

Selain cerita tragedi toilet umum tersebut, masih banyak kelucuan-kelucuan yang dipancing oleh kelakuan menjengkelkan tokoh Rubah terhadap Srondol. Misalnya di bagian terakhir ketika training selesai dilaksanakan. Srondol benar-benar dibuat mati kutu oleh Rubah yang mendadak menjadi peserta terbaik. Detailnya bisa anda baca di Novel Srondol Gayus ke Italy ini.

Saya akui, kepiawaian Hazmi dalam mengemas cerita humor memang mumpuni. Hal-hal sederhana berhasil dia buat menjadi kocak. Misalnya ketika Srondol memberikan lap (saputangan) untuk menyeka air mata Bianca, gadis Italy yang jatuh cinta kepadanya.

Aku melihat air muka Bianca, mukanya memerah. Butiran-butiran kecil di matanya, nampak mulai menggenang. Seketika, kelopak matanya tak mampu membendung derasnya air mata yang menetes mengaliri parit-parit kecil di wajahnya. Haduh! Kalau sudah ada tetesan begini, aku jadi salah tingkah. Mau memeluk ntar kebablasan. Kamu diam saja, berarti makin melukai perasaan dia. Ya sudah, untuk amannya aku mengambil kain kecil di dekat meja buat mengusap air matanya.

Bianca pun mengusap air mata dari kain yang aku beri.

“Srondol, kenapa kainnya keras sekali. Kamu ambil darimana?” tanyanya sambil terisak.

“Di meja makan kamu Bianca,”

“Srondol, itu bukan sapu tangan. Itu tatakan piring,” katanya antara tertawa geli dan menangis terisak.

“Eee… maaf Bianca.”

-hs-

Ada banyak kekonyolan lainnya di novel ini yang, saya jamin, akan mampu membuat anda tertawa ngakak.

Meskipun ini novel komedi, namun Srondol berhasil menyisipkan beberapa adegan yang membuat pembacanya akan ikut merasa terharu. Adegan ketika berpisah dengan pak tua yang menjadi sopir Srondol di Italy adalah salah satu adegan yang membuat haru. Juga adegan perpisahan dengan Pio, si sopir baru. Ada juga adegan dimana Srondol harus berhadapan dengan dua orang penjahat kelas teri untuk menyelamatkan Bianca dan si cerdik, Rubah. Kekonyolan-kekonyolan Srondol dan teman-temannya selama berada di Italy diracik apik oleh penulisnya.

Kendati genre novel ini adalah komedi, saya pikir novel ini memberi pelajaran penting untuk kehidupan sehari-hari dari para tokohnya. Ada sosok aneh Rubah yang mampu membuat novel ini hidup. Ada sosok Bianca yang mampu memberikan warna romantis dan sedikit memacu adrenalin laki-laki di novel ini. Juga sosok Kang Adul yang selalu bijaksana menengahi dan mengingatkan Srondol untuk tidak berlaku aneh-anehserta selalu memberi petuah bijak. Semuanya memberikan pelajaran tersendiri.

Anda akan menyesal jika anda melewatkan untuk tidak membaca buku ini. Dan akan lebih menyesal jika anda tidak membeli buku yang dibanderol seharga Rp. 40.000,-, yang tersebar di jaringan toko buku Gramedia ini. Dijamin, cerita novel ini mampu melemaskan dan mengendurkan otot-otot syaraf anda yang tegang setelah seharian beraktivitas.

Bravo Hazmi Srondol! saya menunggu karyamu yang berikutnya.(HS)

Kakimanangel-05042011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun