Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat untuk Sahabat, Kreativitas yang Terpasung

9 November 2009   12:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:24 1350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seorang teman dari zaman kuliah yang sudah menjadi sahabat saya, kini masuk pula sebagai anggota kompasiana. Sebagai seorang sahabat, tentunya saya tahu betul kapabilitas dan kemampuan dia. Sebuah karya ilmiah, mengenai keong emas yang dibuat menjadi tepung dan dijadikan bahan baku pakan ternak, pernah menembus level nasional dan menjadi pemenang dalam perhelatan Lomba Karya Tulis Mahasiswa pada masa kami kuliah dulu. Gelar sebagai mahasiswa berprestasi teladan tingkat universitas pernah dia raih. Nilai akademisnya, selalu jadi patokan saya untuk mengejar ketertinggalan. Bahkan Suara merdu nan indahnya, membawa kami meraih beasiswa dari sebuah perusahaan rokok besar.

Sesaat setelah dia bergabung, Saya mengomentari profil halaman teman saya dengan kata-kata begini: “arie geura nulis atuh…pan kamu mah kreatip geuning… mana donggggg tulisanna”(arie segera menulis dong… kamu kan kreatif…. mana donggg tulisannya?). Demikian tulis saya di kolom komentar profilnya dengan tujuan memotivasi teman saya untuk segera menulis di kompasiana. satu, dua hari, saya cek belum ada. Hari ini,seminggu kemudian, saya cek lagi, ada tulisannya berjudul Menuntut Kreatifitas.

Ada kesan galau yang saya tangkap ditulisannya. Padahal setau saya, sosoknya adalah tipe yang tegas dan memiliki pendirian yang tidak mudah goyah. Saya jadi merasa bersalah karena komentar tadi seolah-olah telah memasung ide-idenya untuk keluar dalam bentuk bahasa tulis.

Saya mulai berpikir untuk kembali memotivasinya. Memotivasi sahabat saya dalam sepucuk surat berbunyi:

Rie, saya berusaha memotivasi kamu. Jangan jadikan kalimat dari saya tersebut sebagai sebuah demotivasi. Saya percaya dan yakin se-yakin-yakinnya bahwa kreativitas dan ide-ide kamu masih seperti dulu. Bebas tak berbatas. Come on, kembalikan kepercayaan diri kamu buat menulis. Mau tulisan lucu-lucuan seperti di buku kenangan angkatan kita yang sebagian tidak ditebus temen-temen karena setelah lulus mereka lost contact hehe, atau tulisan-tulisan serius dan bermanfaat seperti LKTM kamu, (padahal sampe sekarang saya tidak pernah baca tuh makalah, Cuma abstraknya doang hihi), atau pengalaman kamu mengajar di Sekolah RI Tokyo bersama murid-murid kesayanganmu, atau tentang Krisdayanti yang tetap kamu bela meskipun kemarin terpojokkan karena kamu sangat ngefans dengannya, go on.. write it. Tulislah rie.

Tau ngga rie, saya barusan googling -Menurut Wikipedia, kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep barubaru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. terus saya bertanya kepada kang Dan, yang juga seorang psikolog, mengenai apa itu kreatif, jawabannya adalah: kreatif itu kemampuan untuk mencari alternatif baru untuk suatu permasalahan.

Jadi kenapa kamu harus terpasung dengan kata-kata saya? Kamu itu merdeka rie. Saya tau, ada banyak alternative di kepala kamu yang sebenarnya meledak-ledak pengen keluar. Tau nggak sih rie, kemaren saya diskusi berat sama mbak inge, dia menilai kalo saya ingin selalu sempurna mulu dan itu yang bikin saya tidak bebas menulis. Jaim katanya.. (iya gitu rie? Belum tau aja si mbak inge teh nyak hehehe). Jadi sekali lagi, kamu itu merdeka. Tulislah apa yang ingin kamu tulis. Kasarnya, gak usah peduli lah dengan penilaian orang.

Nih saya kutipkan beberapa kalimat dari blog pribadi saya, kalo kamu ingin membaca utuh, klik disini rie.

Buat apa sih saya menulis? Kepuasan batin? Atau penilaian orang? Ah rasanya,kok, saya tidak menemukan bakat saya di dunia kepenulisan ini. Buat apa pula, sih, saya mengharapkan penilaian orang atas tulisan2 saya di dunia maya ini, toh  tulisan saya cuma berisi pengejawantahan ide-ide yang terkadang merupakan dialog dua sisi hati saya. entahlah, saya tidak mengerti.” Entahlah, meskipun seseorang Mariska Lubis menyebut saya berbakat, tapi kok saya tidak merasakan demikian, meskipun sebenarnya saya menikmati moment ketika saya menuangkan ide pikiran saya. Bagi saya menulis itu ibarat dialog,  dua arah, komunikatif. Bukan menggurui, dan bukan pula menghakimi. Bagi saya, lagi, menulis itu sebuah proses pembelajaran dan juga proses pendekatan personal karena melalui tulisanlah saya berkomunikasi dengan anda sekalian, serta berbagi apa yang saya miliki dan menjadi buah pikiran saya.” Jadi sekali lagi rie, tulislah sekarang apapun yang ada dikepala kamu. Begitulah sepenggal surat panjang saya buat sahabat saya. Semoga maksud baik saya bisa mengembalikan semangat sahabat saya serta segala kreativitasnya. Catatan tak penting ini khusus saya persembahkan buat sahabat sejati saya, yang kini bermukim di Jepang, mengabdi menjadi guru di Sekolah RI Tokyo. Arie Nursanti. [caption id="attachment_23454" align="aligncenter" width="285" caption="saya dan sahabat saya, arie nursanti :) - foto dok. pribadi"][/caption] Salam tulis,

Somesoul

(just for you, I write my old nick name, fyi di kompasiana, saya menjelma menjadi HADI hihihihi)

NB: Untuk motivator saya, Mariska Lubis, saya kirim tulisan ini :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun