Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kopdar yang Tidak Berkesan (?)

15 Februari 2010   00:39 Diperbarui: 14 Juli 2015   02:13 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Melengkapi catatan teman-teman yang telah menghadiri kopi darat jumpa wajah temu muka ala kompasianer di selasar TIM, saya pun ingin mencatat apa yang saya alami sebelum, sesaat, dan setelah kopdar tersebut.

Berangkat ekstra pagi-pagi dari kampung, saya menempuh perjalanan dengan transit di kota hujan. Cuaca mendung memayungi setiba di bogor sekitar pukul 9.30. menggunakan kendaraan umum L300 jurusan Cianjur-Bogor, saya harus rela berdesak-desakan dan kebagian duduk di kursi paling belakang. Duh, tak ber-AC pula, beruntung tidak ada yang merokok di dalam ruang pengap yang melaju dengan kecepatan diatas 80 km/jam ini. perjalanan satu setengah jam tidak terasa, setiba di Buitenzoorgh, saya segera nyambung dengan Bus agramas jurusan Jakarta yang lewat Cempaka Putih, karena saya berencana lewat jalur tersebut, untuk mengalahkan rasa takut saya.

[caption id="attachment_74536" align="aligncenter" width="300" caption="aku harus berdesak-desakan demi kopdar - dok.pribados"][/caption]

Karena sibuk bertelepon ria dengan salah seorang teman, saya salah naik bis dan terbawa hingga Tanjung Priok. Untungggg temang saya sedang ngantor, jadi dia bilang “kamu gak usah panik, aku di kantor kok, dan kantorku kelewatan ama bis itu, tar turun di pos 8 aja. Bilang sama kondekturnya.” Wah daerah mana itu, saya tidak tahu. Buta deh peta Jakarta. Betul, saya turun di tempat yang ditunjukkan sang teman, disambut hujan yang teramat deras dan banjir cileuncang lebih dari se-mata kaki. Memang hari keberuntungan, teman saya rela menjemput dan mengajak saya sementara menunggu di daerah sekitar kantornya sambil menunggu hujan reda. Hampir dua jam saya terjebak hujan, dan smsan dengan bunda pipiet yang pada akhirnya bilang ‘titip salam sama teman-teman, manini gak bisa hadir’. Ah penulis kondang aktif itu gak datang, gara-gara berita banjir salah satu stasiun TV. Padahal aslinya, di daerah yang saya lewati gak ada banjir tuh.

Singkatnya, saya pun terdampar di daerah senen dengan diantar teman saya untuk menemui teman saya yang saya bawa ke kopdar TIM yang bernama Dandan itu. Tapi sayang, hampir satu jam Dandan tak muncul, dan itu membuat saya panik. Saya coba kontak Mama wortel dan Aria Kamandanu, tapi tidak memberikan alur peta yang memadai. Makin panik, karena tak tahu jalan dari Atrium ke TIM (Padahal ternyata deket hehe..malu deh!). keberuntungan kembali berpihak. Om Jimbron, alias jimmo, menelepon dan bertanya posisi saya dimana. Secara jelas dia bilang “Lo naek bajaj aja, bayar goceng (5000).” Woo betapa sebuah kepedulian yang hangat dari kompasianer. Hampir naik bajaj, tiba-tiba teman saya muncul di tengah panik, akhirnya dia rela mengantar dengan taksi dan ikut ke kopdar sebagai penebus saya menunggunya sejam.

Di kopdar.

Setelah sembahyang duhur yang kedodoran, saya keluar dari mushala sekitar planetarium dan menangkap sesosok pria Arabian. “Mil” saya berteriak. Nekad!!!

Bodo amat kalo gue salah orang, di kota orang ini hehehe.” Begitu celetuk hati saya. Aha, si pria berhidung mancung itu menoleh, dan memang benar dialah si orang buitenzoorgh, Zameel. Dengan SKSD, saya pun ber-say hai, dan dia baru ngeuh jika yang sedang ngobrol itu adalah hadi samsul setelah saya bilang sempat transit di bogor.

Rupanya sudah berkumpul beberapa teman. Saya salami satu persatu, ada Jimmo, Syam, Pak Ragile, Suri, Christine (yang pada awalnya saya sempat mengira itu Listi-Listiyo fitri- karena Christine memperkenalkan diri dengan suara halus), kemudian Asther, Nien Roza, Yudho, Ferdy XN dan sang belahan jiwa (terlihat dari bajunya yang sama, Cuma beda tulisan her dan him doang hehe), dan tentu saja sang bintang tamu sufi cinta, Zulfikar akbar. So warming, akrab, hangat. Seolah-olah kita adalah kawan lama yang baru berjumpa lagi setelah sekian tahun terpisah. Setelah itu berturut-turut datang ratu Dhueng, Yayat, Mama Wortel-Lintang, Tante Mariska (yang masih tampak gendut hahaha), Vira classic, Mbak winda dan anaknya yang melihat kami ketakutan (tidak salah kamu nak, kami memang kumpulan mahluk aneh wkwkwkwk), Pak Boy Rachmad, tante Mawar Hitam – Kit Rose, Andy gunawan, Bintang prakasa, pak Cech yang sangat berkarakter (ojo jotos-jotosan yo hehe), Peramu kata bang Edi Santana, Yunika umar, sang JANDA arya kamandanu, Pak Ence Abdurrahim, mbak Tantri Pranash dan anaknya, dan beberapa teman lainnya (aduh yang gak keabsen tunjuk tangan dong)? tak lupa, izzah, inge dan bang ASA pun turut hadir melalui sambungan langsung jarak jauh. terima kasih untuk penemu telepon dan internet! ;)

Kami membicarakan tiga misi yang akan kami usung. Jadi kopdar ini tidak sekedar haha hihi, tapi melahirkan sebuah kesepakatan yakni tentang misi hijau, misi damai, dan misi budaya. Kekuatan kita ada pada publikasi tulisan, dan kita akan bergerak melalui langkah nyata disertai publikasi melalui tulisan kita. Publikaksi, jika saya boleh menamakannya, publikasi dan aksi nyata. itu kekuatan kita....

Untuk misi hijau, disepakati bahwa kita akan memanfaatkan momentum dari salah satu vendor HP yang sedang mempunyai program hijau. Ada program jangka pendek, juga jangka panjang. Nanti postingan ferdy atau jimmo yang akan membahasnya. Misi damai, kita akan menularkan perdamaian, lagi-lagi melalui tulisan. Dan juga misi budaya, kita coba untuk menyisipkan pesan budaya di tiap tulisan kita masing-masing.

Tentang misi budaya, saya  pernah memperkenalkan salah satu peninggalan budaya di cianjur, bernama situs megalith gunung padang. Saya pernah menuliskannya di bulan september. Klik disini untuk melihat.

Ah, rasanya bukan ‘tidak berkesan’ kopdar tersebut. pertemuan hangat di suatu sore di bulan februari itu sudah menorehkan kesan khusus di hati saya. kesan bahwa Jakarta ternyata tidak memberikan lagi kecewa, meskipun trauma itu belum terbayar lunas dengan kopdar. Salah besar jika saya menuliskan kopdar yang tidak berkesan seperti judul di atas. Tidak ‘tidak berkesan’, tapi sangat berkesan. Mungkin judulnya harus saya ganti menjadi kopdar yang sangat berkesan. Semoga kelak, ketika misi hijau dilaksanakan, saya bisa kembali hadir dan turut berkontribusi.

[caption id="attachment_74537" align="aligncenter" width="300" caption="foto ini saya comot dari facebooknya bang Syam, tanpa permisi pula hehe (dok. Syamsul Asinar Radjam)"][/caption]

Jakarta – puncak – Cianjur – Medio Februari 2010

HS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun